Typo!!
"Terlalu sering diabaikan dimana saatnya yang sabar akan menjadi sadar"
•
•
•
•
•"Makanan yang kau makan dari Billar!"
Lesti memandang Maul seolah bertanya, serius? Maul menganggukkan kepalanya seolah mendengar pertanyaan itu.Pantas saja rasanya familiar di lidahnya ternyata makanan ini dibeli dari kantin tapi tunggu! Apa katanya tadi?
"Kak Billar datang keruanganku?"
Maul mengangguk, Lesti bertanya-tanya."Kapan? Aku tidak melihatnya"
Maul mengangkat kedua bahunya setelah itu menyandarkan tubuhnya disandarkan sofa membiarkan Lesti berpikir keras seorang diri.Billar datang keruangannya? Kenapa dia tidak melihat kedatangannya? Atau Maul bertemu dengan Billar dilantai dasar lalu Billar menitipkan makanan untuknya atau justru dia mendatangi ruangannya hanya saja dia mengurungkan niatnya karena melihat dia dan Rizki...
Hei, mana mungkin.
Tapi kalaupun mungkin kenapa dia tidak masuk saja? Kenapa melarikan diri seperti ini?
Lesti ingin bertanya lagi tapi pria itu justru sedang asik memainkan ponselnya sementara Rizki, dia sedang melahap makanannya.
Jika Lesti bertanya, Maul akan menjawab.
Billar tidak melarikan diri melainkan dipaksa melarikan diri.
Maul melihat Dinda mendekat kearah Billar, menarik tangannya setelah itu membawa Billar entah kemana.
Maul tidak tahu, yang dia tahu Billar meninggalkan makanan dimeja depan ruangan Lesti, Maul pikir untuk Lesti jadi dia membawanya dan memberikan apa yang belum tersampaikan.
Jadi kemana Dinda membawa Billar pergi?
Wanita yang sedang dilanda api cemburu itu membawa kekasihnya memasuki ruangan mereka, selama perjalanan Dinda mencengkeram dengan kuat pergelangan tangan Billar seolah dia takut Billar akan melarikan diri. Setelah mereka sampai dan menutup pintunya barulah Dinda melepaskan cengkramannya, itupun masih membelakangi kekasihnya yang hanya bisa menunggu, menunggu Dinda berbicara.
"Apa itu sakit?"
Tanyanya, Billar melihat pergelangan tangannya, menyentuhnya lalu menggelengkan kepalanya."Tidak"
Meskipun Dinda kuat tapi kekuatannya itu tidak mampu untuk membuat pergelangan tangannya terasa sakit."Tapi hatiku sakit"
Pengakuannya, Billar diam, dia hanya bisa menahan nafasnya, menghembuskannya setelah itu meminta maaf."Aku minta maaf"
Dinda tidak menjawab, wanita itu bahkan belum melihat kearah matanya, yang Dinda lakukan dari tadi hanya jemarinya yang saling meremas setelah yakin barulah dia melihat kearah kekasihnya, pria yang dari tadi hanya berbicara bila dia bertanya."Untuk apa kau datang keruangannya?"
"Hanya ingin memberikan dia makanan"
Dinda mengernyit, otaknya saat ini penuh pertanyaan mengenai perubahan kekasihnya.Sejak kapan? Sejak kapan Billar peduli dengan keadaan Lesti.
"Kenapa kau melakukan itu?"
Alih-alih bertanya mengenai waktu, Dinda lebih memilih bertanya mengenai alasan.Dia ingin tahu, apa alasan kekasihnya begitu peduli padanya.
Bukan hanya kali ini tapi kemarin saat Lesti lebih dulu masuk ke dalam agensi Billar bahkan melepaskan genggaman tangannya setelah itu berbalik meninggalkannya bersama Dandi yang hanya bisa mengangkat bahunya saat dia menoleh padanya.