•
•
•
•
•
Didalam sebuah ruangan Janhae memasuki ruangan San, pemuda itu sedang menyuntikkan sesuatu dituduh Lesti, Janhae menghampirinya dengan sebuah pertanyaan yang biasa ditanyakan oleh keluarga pasien.
"Bagaimana kondisinya?"
"Mengeras, aku mencoba menenangkan pelan perutnya dan cukup keras, dia seperti baru saja melakukan kegiatan fisik yang cukup menguras tenaga"
Mendengar penjelasan dari San, Janhae mengambil alih, ia memasang stetoskop ditelinganya lalu menempelkan ujungnya diperut Lesti, merabanya, dari raut wajahnya seolah menunjukkan kalau wanita itu lebih serius dari apa yang dilakukan San sebelumnya."Kau benar, sepertinya dia baru saja melakukan kegiatan fisik yang cukup berat tapi bukan hanya itu, aku sepertinya merasakan sesuatu yang lain didalam kandungannya, aku khawatir selain olahraga dia juga memiliki konflik yang membuat janinnya sedikit bermasalah"
Janhae menjelaskan panjang lebar."Aku perlu memeriksa kandunganya lebih lanjut, kau bisa meminta tolong kepada mereka untuk memanggil Maul, kita juga perlu berbicara dengannya, aku perlu tahu apa saja kegiatan yang dilakukan Lesti akhir-akhir ini"
Sembari memerintah, dia juga mengambil alat usg yang memang sebelumnya sudah disediakan diruangan San guna antisipasi sewaktu-waktu wanita itu berkunjung, San menganggur setelah itu ia pergi, meninggalkan Janhae dengan aktivitasnya kepada Lesti.Mereka baru tahu, menunggu jauh lebih menyiksa dibandingkan aktifitas lain yang sangat melelahkan yang sering mereka alami.
Ini kali pertama mereka mengalami bagaimana rasanya menunggu dan itu menjengkelkan, mungkin jika mereka membuat janji dengan siapapun hal pertama yang akan mereka lakukan mengecek ponselnya menunggu kabar dari seseorang yang akan segera menghubunginya tapi tidak untuk sekarang, mereka lebih sering melihat pintu dibandingkan ponsel yang sekarang ini mereka abaikan.
Mereka merasa cemas jadi wajar saja jika saat pintu itu terbuka, mereka secara serempak menghampiri San dengan rentetan pertanyaan yang membuat San menyuruh mereka tenang.
"Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan? Tidak terjadi sesuatu yang buruk dengannya, benarkan!"
San tahu mereka khawatir tapi saat ini tujuannya bukan memberitahukan kabar mengenai Lesti, jika memang ia harus melakukannya orang yang harus tahu itu Maul bukan yang lainnya."Lesti masih dalam pemeriksaan tapi bisakah kalian menghubungi Maul? Ada sesuatu yang harus aku tanyakan padanya"
"Kak Maul?"
Billar nampak terkejut.
"Tidak bisakah kau memberitahukannya pada kami? Aku akan membantu sebisa mungkin"
Billar tidak yakin untuk menghubungi Maul, pria itu sedang bekerja pasti sangat sulit untuk menghubunginya."Tidak bisa! Aku perlu Maul, hanya dia yang tahu bagaimana secara detail aktivitas Lesti"
"Kami tahu"
Rizki segera mencela."Kebetulan kami bekerja satu projeck jadi kami tahu aktivitas yang Lesti lakukan karena kami juga melakukan hal yang sama, benarkan Billar?"
"Ya, benar apa yang dikatakan Rizki. Kami menghabiskan banyak waktu bersama jadi kami yakin kami bisa membantumu untuk lebih lanjut"
"Maaf tapi aku tidak bisa. Waktu yang Lesti habiskan bersama kalian tidak sebanyak dia bersama Maul, untuk saat ini tolong jangan mempersulit, kami memerlukan Maul segera"
"Tapi-"
"Lesti Lesti Lesti"
Belum sempat Rizki berkata, suara seseorang yang ia kenal terdengar memanggil nama Lesti beberapa kali, mereka melihat kearah sumber suara, Maul dengan wajah yang tak kalah paniknya segera menghampiri San, memegang tanganya sambil memberikan pertanyaan yang sama padanya.