*
*Kemana Dandi pergi setelah mendengar semua cerita Billar?
Tentu saja kerumah sakit dimana Lesti dirawat,dia sanggat mencemaskan wanita mungil itu namun keberanian yang tidak ia miliki membuat ia enggan dekat dengannya, sampai disana dia hanya bisa berdiri didepan rungan Lesti dirawat, tidak melakukan apapun bahkan hanya sekedar mengetuk pintu Dandi tidak melakukannya.
Jika saka Maul tidak keluar untuk memebeli sesuatu ia tidak akan pernah tahu Dandi menyusulnya ketempat ini?
"Kau ingin melihatnya?"
Maul bertanya Dandi ragu namun Maul tahu itulah tujuannya."Bagaimana kondisinya?"
"Kau hanya perlu menunggun dia sadar dan menanyakan langsung padanya"
" dia belum sadar?"
Maul mengangguk."Apa separah itu?"
"Aku tidak tau, dokter bilang harus menunggu Lesti sadar untuk tahu bagaimana kondisinya, aku harap dia baik baik saja"
Ya, itu juga yang Dandi harapkan."Kau ingin masuk?"
Tawarnya tapi pria itu sepertinya ragu."Apa boleh?"
Maul mengangguk, terkekeh, merasa lucu pertanyaan dari Dandi,
"Kenapa tidak, asal kau tidak mengganggunya itu tidak masalah"Dandi mengangguk mengerti, Maul izin pamit, sementara Dandi mulai masuk kedalam rungan inap Lesti, disana terbaring dengan lemah tubuh seseorang yang ia kenal, seseorang yang beberapa bulan ini menjaga jarak darinya, entah siapa yang egois tapi Dandi merasa kedekatan mereka tidak seperti dulu, seperti ada jurang yang memisahkan mereka.
Dandi duduk disamping Lesti, wanita mungil itu masih memejamkan mata sementara infus masih terpasang ditangannya.
Dandi merasa sedih melihatnya lemah seperti ini, selama 4 tahun dia mengenal Lesti ini kali kedua ia melihat Lesti tak berdaya, dia tampak lemah, tidak lincah seperti biasanya.
"Bagaimana kabarmu?"
Dandi bertanya meskipun ia tau Lesti tidak akan menjawab pertanyaannya mengingat wanita itu belum juga bangun dari tidurnya."Apa begitu menyakitkan sampai kau tidur begitu lama?"
"Seharusnya kau katakan padaku apa yang kau rasakan, bukan justru seperti ini, kau tau Lesti, mengetahui kau tidak baik baik saja dari orang lain membuatku sakit. Aku tau aku tidak pantas mengatakannya mengingat hubungan kita yang tidak seperti dulu, tapi tidak bisakah kau datang padaku mengeluarkan keluh kesahmu? Andai kau tau Lesti, aku menjauhimu bukan karena aku ingin, tapi aku berharap dengan seperti ini kau tidak memendam perasaanmu, kau akan datang padaku dan menceritakan semuannya padaku. Aku ingin tau apa yang kau rasakan tapi kau tidak pernah mau membaginya padau"
"Melihatmu seperti ini membuatku merasa, aku sahabatmu yang tidak berguna, aku tidak tahu apa apa tentangmu bahkan saat kau sakit karena dicampakan kau lebih memilih memendamnya sendiri dan sekarang disaat kau sedang sakit aku justru mengetahuinya dari orrang lain, aku ingin tau apa yang kau rasakan tapi justru kau memberikan lelucon yang sama sekali tidak lucu. Kau tahu Lesti, aku fustasi, rasanya ingin sekali aku menghajarmu dan memaksamu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku tidak memiliki kebranian untuk itu, aku hanya menunggu dan terus menunggu tapi kau justru mengabaikan keberadaanku"
"Apa kau senang hubungan kita menjadi seperti ini? Jujur saja aku tidak suka, tapi aku tidak tau lagi harus menggunakan cara seperti apa supaya kau terbuka padaku. Lesti, bukalah matamu dan katakan padaku apa yang kau rasakan, mari kita perbaiki persahabatan kita"
Beberapa bulan terakhir ia selalu memendam perasaannya, ia ingin Lesti lebih dahulu menghampirinya dan memberitahukan padanya apa yang dia rasakan tapi sekian lama ia menunggu justru Lesti semakin menjauh darinya.