Typo!!
•
•
•
•
•"Oh, Kak Rizki. Selamat malam kak"
Lesti berusaha menormalkan suaranya, dia tidak boleh terlihat lemah dihadapannya walaupun sejujurnya saat ini dia ingin sekali bersembunyi darinya tapi dia tidak bisa, pria yang dihadapannya sekarang memandangnya dan Lesti tidak ingin dia melihat betapa lemahnya dia."Malam"
Balasnya, masih dengan suaranya yang lemah, jika saja Lesti tidak memiliki pendengaran yang cukup baik mungkin dia tidak mendengar apa yang Rizki katakan."Kau datang"
Tanyanya yang langsung diangguki Lesti."Iya, aku ingin makan ini jadi aku datang. Kau, sudah lama disini??"
Kalau Lesti tidak salah ingat, Ricky mengatakan bahwa pria itu sudah pergi saat dia memasuki restoran tapi setelah dia keluar kenapa pria itu justru berdiri dihadapannya??"Aku sudah ingin pulang tadi tapi tidak jadi setelah melihatmu masuk kedalam, aku ingin menghampirimu tadi tapi kau sedang berbicara dengan Kak Ricky jadi aku mengurungkan niatku dan memilih menunggu diluar sini"
Meski tangan Rizki menujuk kearah belakangnya tapi pandangannya tetap mengarah kearah depan menatap tepat diwajah Lesti.Jadi selama tadi dia berbicara dengan Ricky pria itu mengawasinya dari sisi yang tak terlihat, pantas saja dia tidak melihatnya tadi, eh Lesti lupa, selama dia berada didalam pandangannya hanya berpusat kearah tempat duduk jadi mustahil baginya untuk melihat dimana keberadaannya.
"Hah, selama itu?? Udara malam ini cukup dingin, seharusnya kau masuk kedalam atau menunggu didalam mobil bukannya berdiam diri diluar dengan suhu dingin, nanti kau bisa sakit"
Rizki tersenyum, mendengar perhatian dari Lesti, dia merasa hangat tapi sayangnya wanita hangat itu tidak lagi berada disisinya.Mengingat itu, Rizki menundukkan kepalanya, Lesti lihat tapi dia berusaha tidak menanggapi apa apa dan lebih memilih memalingkan wajahnya memandang hal lain.
"Bagaimana kabarmu??"
Rizki bertanya saat dia merasa perasaannya jauh lebih baik dari sebelumnya dan Lesti kembali memandangnya dengan menganggukan kepalanya pelan."Aku baik baik saja, bagaimana dengamu??"
"Buruk"
Satu kata keluar dari mulut Rizki, dia mengucapkannya sangat pelan seraya menundukkan kepalanya sejenak lalu mengangkat wajahnya dan melihat kearahnya dengan senyuman palsu.Lesti mendengar jawaban Rizki dan entahlah, dia tidak tahu harus meresponnya seperti apa, dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Biasanya saat mereka bertemu, mereka akan berpelukan, Lesti akan mencium pipinya sementara Rizki akan mencubit kedua pipinya sebelum mencium bibirnya singkat, tapi sekarang sudah menjadi masa lalu, Lesti tidak tahu harus bersikap bagaimana, hanya berdiam diri didepannya saja sudah membuat Lesti tidak nyaman.
"Maafkan aku"
Kata itu keluar dari mulut Rizki setelah pria itu terdiam beberapa saat."Ehh, untuk apa??"
"Semuanya"
Rizki menarik nafas sejenak lalu melanjutkan ucapannya.
"Kak Ricky pasti sudah memberitahumu mengenaiku yang selalu datang kesini setiap hari kan"Lesti mengangguk.
"Ya, Kak Ricky memang memberitahuku tapi aku harus bagaimana?? Tidak mungkin juga aku melarang seorang pelanggan datang ketempat usaha yang jelas jelas bukan milikku, restoran ini tempat umum jadi siapa saja berhak datang kemari"Lesti kau paham maksud ucapanku kan??""Lalu apa yang harus aku lakukan??"
Tanyanya, meskipun Lesti paham tapi Lesti bisa apa?? Tidak mungkin juga dia membalasnya.Aku senang karena kau masih mengingat tempat yang penuh dengan kenangan kita.