3. Dilamar Komandan?

169K 17.8K 2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Satu kata untuk Lentera Jelita?
.
.
.
"Pada akhirnya cinta dalam diam ini akan berakhir. Entah seperti kisah Ali dan Fatimah yang berakhir dengan bahagia. Atau seperti kisah Barirah dan Mughits yang ternyata bertepuk sebelah tangan."

Atharazka Zafir El-Zein

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Sebenarnya Syafiya cukup bingung, tak biasanya sang Ayah mengajaknya untuk menemui tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya Syafiya cukup bingung, tak biasanya sang Ayah mengajaknya untuk menemui tamu. Biasanya hanya meminta agar dibuatkan minuman dan hidangan. Namun kali ini ia harus ikut menemui tamu yang bahkan tak tahu siapa.

Syafiya berjalan di belakang sang Ayah, ia bersembunyi di balik badan Ayahnya. Sementara tangannya digenggam erat oleh laki-laki paruh baya itu. Setelah sampai di ruang tamu, Ayah menarik tangan Syafiya untuk berdiri di samping.

"Ini putri kesayangan Ayah," ucap Ayah dengan senyum lebar.

Sepersekian detik kemudian, setelah Syafiya melihat seorang laki-laki yang duduk di depan Kakaknya mengangkat wajah yang sedari tadi menunduk, seketika itu juga jantungnya berdegup kencang tak karuan. Pasokan oksigen yang melimpah ruah seketika terasa lenyap bersamaan dengan tubuhnya yang gemetaran.

"D-dia?" batin Syafiya tak percaya. "Bukannya dia tentara yang menolongku satu tahun yang lalu? K-kenapa bisa ada disini?" batinnya masih tak percaya.

Tatapan keduanya sempat bertemu, hingga keduanya kompak menundukkan pandangan. Namun tak bisa dielakkan, wajah yang menatap ke lantai mampu membuat bibir terangkat sempurna membentuk bulan sabit akibat dari rekaman di otak masing-masing wajah yang beberapa saat lalu sempat saling menatap.

Suasana mendadak hening sampai Ayah memegang pundak Syafiya dan membawanya duduk di samping Kak Azzam.

"Ekhm," Kak Azzam berdekhem sambil menoleh pada Ayah yang sedang tersenyum.

"Syafiya, jadi ini alasan Ayah tidak bisa ikut menjemput kamu ke bandara. Ada tamu spesial yang ingin bertemu Ayah, juga kamu," terang Ayah. Syafiya mengangguk.

"Nak, ini putri Ayah, Syafiya. Dan ini Kakaknya, namanya Azzam," ujar Ayah mengenalkan buah hatinya yang masing-masing duduk di sampingnya.

Laki-laki tampan itu mengangkat wajahnya lalu mengangguk sembari tersenyum manis, sangat manis.

"Karena semuanya sudah berkumpul, kamu bisa menjelaskan tujuan kamu datang ke sini nak," titah Ayah. Laki-laki itu mengangguk, dia membenarkan posisi duduknya dan berdekhem singkat untuk memastikan suaranya tidak serak.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang