17. Komandan Harus Kuat!

69.9K 8.9K 1.6K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Siap membaca bab ini?
.
.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.”

(HR Bukhari

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Seorang perempuan bergamis biru tosca dan khimar senada yang tak lain adalah Raisya baru saja keluar dari salah satu toko yang ada di mall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan bergamis biru tosca dan khimar senada yang tak lain adalah Raisya baru saja keluar dari salah satu toko yang ada di mall. Namun suara keributan membuat dirinya terpanggil untuk melihat lebih jauh. Sesaat kemudian netranya menangkap sosok sahabatnya, Syafiya yang hampir saja ambruk karena tubuh lunglainya. Tanpa basa-basi Raisya menjatuhkan barang bawaannya dan berlari menghampiri Syafiya, bahkan ia tidak mempedulikan kehamilannya yang sudah hampir menginjak empat bulan.

"SYAFIYA." Dan Raisya berhasil menahan tubuh Syafiya. "Hei, kamu kenapa Fiya?" tanyanya. Namun alih-alih menjawab, Syafiya sudah sangat lemah.

"M-Mas Athar," lirih Syafiya.

"Serda Guntur, ada apa sebenarnya?" tanya Raisya yang mendapati keberadaan Guntur disana.

"K-Komandan Athar ditemukan pingsan dengan kondisi mulut berbusa di kamar mandi, Mbak Raisya," jawab Guntur yang juga nampak sangat panik.

"Astaghfirullah. Y-yaudah, kita susul ke rumah sakit. Sudah dibawa ke rumah sakit kan?" Guntur mengangguk cepat.

"M-Mas Athar Sya," lirih Syafiya.

"Iya Syaf, kita susul Letnan Athar ya. Kamu masih bisa jalan atau aku cari kursi roda?"

"A-aku m-masih kuat Sya. Ayo bawa aku ketemu suamiku." Raisya mengangguk dan membantu Syafiya untuk melangkah walau sangat pelan.

Guntur yang peka dengan kondisi ini membantu membawa barang-barang Syafiya juga Raisya. Ia juga turut mengawal mereka dari belakang. Sementara Rafael di depan sedang menyiapkan taksi. Untuk Jamal, dia ikut bersama ambulan ke rumah sakit.

Di tengah perjalanan, beberapa pengunjung mall berkumpul. Berita tentang Letnan Athar sudah meramaikan seisi mall. Bisik-bisik para ibu-ibu yang menyudutkan Syafiya sudah tidak bisa dielakkan. Mereka yang membawa kabar bahwa Syafiya bertemu dengan laki-laki lain turut membuat suasana menjadi semakin panas. Mereka yang tidak tau apa yang terjadi sebenarnya membuat kesimpulan sendiri. Syafiya selingkuh, begitu kesimpulan mereka.

"Huu, dasar istri durhaka. Suami sakit malah enak-enak selingkuh sama laki-laki lain."

"Istri macam apa sih, kok bisa ketinggalan berita kalau suaminya sudah dilarikan ke rumah sakit."

"Gimana sih Mbak, makanya suaminya diperhatikan, jangan malah laki-laki lain yang diperhatikan."

Suara-suara itu membuat telinga Syafiya semakin sesak. Perkataan itu membekas di benak dan membuat hatinya hancur. Ya, ini memang salahnya. Ia adalah istri yang buruk, istri yang durhaka. Tapi demi Allah, ia tidak selingkuh. Sama sekali tidak berselingkuh dengan laki-laki lain.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang