27. Selamat Jalan Guntur!

60.6K 7.8K 1.3K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.

"Apa? Guntur? Oke, saya sedang perjalanan menuju kesatuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa? Guntur? Oke, saya sedang perjalanan menuju kesatuan.

Setelah menerima telpon dari seseorang, Letnan Athar terlihat cukup kaget. Ia juga menyebut-nyebut nama Guntur. Syafiya yang mendengar ikut panik. Apa ada sesuatu yang terjadi pada Guntur?

"Mas, Guntur kenapa?" tanya Syafiya.

"Sore ini Guntur akan ditugaskan, menyusul pasukan di daerah Timur sayang," jawab Letnan Athar.

"Loh, kok mendadak Mas?"

"Hal seperti ini sudah biasa bagi kami para anggota. Siap tidak siap, mau tidak mau, kita harus tetap berangkat jika dibutuhkan," jawabnya. "Dan saya harus menemui Guntur sebelum berangkat. Kamu pegangan ya, mungkin saya akan sedikit mempercepat laju mobilnya," sambungnya.

Syafiya mengangguk, dia membenarkan letak seatbelt-nya lalu berpegangan pada lengan Letnan Athar. Dan benar saja, Letnan Athar melajukan mobil sedikit lebih kencang dari biasanya. Ingin sekali melebihi batas, namun ia khawatir dengan istrinya yang kini tengah hamil besar.

Tak lebih dari lima belas menit kemudian, akhirnya mobil Letnan Athar sudah terparkir di parkiran depan kantornya. Letnan Athar turun dan membukakan pintu untuk Syafiya. Setelahnya ia merangkul pundak istrinya agar lebih hati-hati dalam berjalan.

"Komandan," panggil seseorang sembari melambaikan tangan.

"Guntur." Letnan Athar juga melambaikan tangan bermaksud menyuruh Guntur untuk menghampiri.

Guntur berlari kecil ke arah Komandannya diikuti oleh Jamal dan Rafael. Dipunggung Guntur terpampang jelas ransel besar yang biasa dibawa untuk bertugas. Sementara senapan dan panahnya ada bersama Rafael dan Jamal. Kali ini hanya Guntur saja yang berangkat. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah anggota pemanah yang handal.

"Izin Ndan, saya diperintah Mayor Arif untuk menjadi anggota pemanah tambahan." Guntur memberi hormat pada Komandannya.

"Laksanakan tugasmu dengan baik Serda Guntur." Letnan Athar menepuk pundak Guntur.

"Siap laksanakan Komandan."

Diseberang sana terlihat beberapa anggota sedang bersiap-siap. Ada yang sambil berlatih, ada juga yang sedang merilekskan otot-ototnya, ada yang mempersiapkan perlengkapannya, dan ada juga yang sedang menghubungi keluarganya. Karena saat bertugas nanti kecil kemungkinan mereka bisa menghubungi keluarga mereka.

"Jamal, sedih ya?" Syafiya yang menyadari wajah sendu dari sosok Jamal.

Guntur yang mendengar pada akhirnya ikut mengamati Jamal. Sontak lelaki itu memeluk karibnya. Sejak awal mereka jarang sekali berpisah. Bahkan ketika bertugaspun biasanya mereka berada dalam satu pasukan. Namun sekarang berbeda, hanya Guntur yang pergi bertugas.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang