13. Today's Happiness

91.4K 11.1K 2.2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa follow instagram Bapak Komandan Athar @atharazkaelzein
.

.
.

"Mungkin kamu tidak akan pernah terlihat sempurna di mata orang lain. Tapi percayalah, kamu akan selalu menjadi sempurna di mata saya."

Atharazka Zafir El-Zein

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Lentera JelitaKarya Alfia Ramadhani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Letnan Athar mulai gelisah. Berulang kali ia mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah lima belas menit lamanya Syafiya tak kunjung kembali. Padahal biasanya perempuan itu tidak berlama-lama di kamar mandi, mengingat kamar mandi adalah rumah bagi syaitan. Jadi jika urusannya sudah selesai diharapkan segera keluar.

Seketika pikiran Letnan Athar melayang pada kejadian tadi pagi saat Syafiya tiba-tiba mual. Tanpa banyak berpikir lagi, laki-laki itu melangkahkan kakinya begitu cepat untuk menyusul sang istri. Namun di perjalanan tiba-tiba ia dicegah oleh Jamal.

"Komandan, tunggu!" teriak Jamal yang sudah berdiri tepat di depannya.

"Saya tidak punya waktu. Nanti saja Jamal."

"Tapi ini penting Ndan. I-itu Ndan..Ibu Negara."

Letnan Athar mengusap wajahnya kasar. "Jamal, tolong jangan buat hidup saya semakin sengsara dengan harus ikut campur dengan urusan Ibu Negara. Saya punya istri yang harus diurus. Biarkan Ibu Negara menjadi urusan Bapak Presiden Republik Indonesia," kesal Letnan Athar dengan tingkah anggotanya.

Jamal menatap sang Komandan cengo. Astaghfirullah, Komandannya ini benar-benar terlalu polos. Padahal yang ia maksud Ibu Negara itu adalah Nyonya Syafiya Atharazka, bukan istri Presiden. Inilah akibat terlalu menutupi diri dari hal-hal yang berkaitan dengan perempuan sebelumnya. Kudet.

"Ndan tunggu. Maksud saya______"

Bukannya mendengar penjelasan Jamal, Letnan Athar malah pergi meninggalkan. "Saya harus menyusul istri saya Mal," teriaknya dari kejauhan.

Sementara Jamal hanya bisa pasrah dan ikut menyusul Komandannya. Padahal niatnya dari awal ingin memberitahukan soal kondisi Syafiya yang tengah tidak baik-baik saja setelah dihampiri ibu-ibu julid di area kamar mandi.

Saat mendekati area kamar mandi, Letnan Athar mendadak syok dengan pemandangan di depannya. Tiga orang ibu-ibu sedang berdiri, sementara di kursi taman Syafiya sedang di dekap oleh seorang perempuan yang tak lain adalah Raisya, tetangga rumah mereka.

"Bu, sudah cukup. Kasihan Syafiya sedang sakit," cegah Raisya saat ibu-ibu tadi terus saja mengoceh tidak jelas.

"TUNGGU, ADA APA INI?!"

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang