23. Komandan Athar dan Sapi

61.4K 7.8K 1.4K
                                    

بسم الله الر حمن الرحيم
.
.
Jangan lupa vote dan komen

Pagi ini Syafiya tengah memasak untuk sarapan di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Syafiya tengah memasak untuk sarapan di dapur. Walaupun sedang memasak, perempuan itu tampak cantik dengan daster motif daisy. Sementara Letnan Athar sedang membersihkan rumah. Begitulah mereka berdua, saling membantu untuk meringankan pekerjaan rumah tangga.

"Nyapu Ndan?" sapa seseorang pada Letnan Athar.

"Nggak, makan."

"Oh yaudah, saya pulang."

"Eh jangan Tur. Saya butuh bantuan kamu. Menurut kamu ide saya semalam gimana?"

Guntur terlihat sok sedang berpikir. Ia naik ke teras rumah dinas Letnan Athar yang baru saja di pel dengan sepatu PDL-nya. Seketika itu di kepala Letnan Athar bak muncul dua tanduk banteng yang akan mengamuk.

"GUNTUR BAGASKARA. ITU LANTAINYA SUDAH DI PEL."

"Eh, innalilahi wa innailaihi rojiun. Maaf Ndan sengaja."

"Eh nggak sengaja Ndan. Beneran. Tapi kalau Komandan marah saya kembali ke barak saja. Kebetulan semalam piket, jadi kayaknya tidur e___"

Mendengar itu Letnan Athar bergegas menahan Guntur. Untuk saat ini ia mencoba stay cool menghadapi anggotanya yang terkadang menyebalkan namun tetap berguna itu.

"Bukan masalah besar Tur. Masih bisa di pel lagi. Saya butuh pendapat kamu."

"Kira-kira kalau saya menunjukkan identitas saya yang sesungguhnya, Syafiya gimana ya? Apa dia akan ilfeel dan memilih meninggalkan saya?" Letnan Athar ikut duduk bersama Guntur.

Guntur menggeleng cepat. Ia tahu betul bagaimana Ibu Komandannya. Syafiya adalah perempuan yang baik, dia tidak mungkin meninggalkan Komandan Athar karena mengetahui tentang kehidupan sesungguhnya Komandannya itu.

"Saya yakin seribu persen Ibu Komandan tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkan Komandan. Lagipula Komandan kan___"

"Jangan keras-keras, nanti istri saya dengar Guntur," peringatnya.

"Oh iya Maaf Ndan. Saya_____"

"Tunggu Tur, istri saya." Tanpa melanjutkan ucapannya, Letnan Athar beranjak masuk dengan setengah berlari meninggalkan Guntur seorang diri.

Sementara Guntur, dia melebarkan telinganya, berharap mendengar jika ada suara. Karena sejujurnya sejak tadi Guntur sama sekali tak mendengar Ibu Komandannya memanggil ataupun berteriak.

Letnan Athar mempercepat langkahnya menyusuri ruangan menuju dapur. Entah kenapa tiba-tiba hatinya berkata bahwa sang istri membutuhkan pertolongan. Walaupun Letnan Athar tidak mendengar suara Syafiya, ia tetap nekat, khawatir benar-benar terjadi sesuatu pada istri tercintanya itu.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang