36. Syafiya dan Kerinduannya

49K 7.2K 2.2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Allah menciptakan rindu supaya kita menghargai sesuatu yang ada sebelum ia pergi."

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Lentera JelitaKarya Alfia Ramadhani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari kemudian.

Semenjak keberangkatan Letnan Athar, esok harinya Ayah dan Kak Azzam datang menjemput Syafiya. Malam sebelumnya Syafiya menginap di rumah Raisya.

Selama beberapa hari Syafiya masih tenang, menangis hanya beberapa saat saja dalam sehari. Namun semakin lama rasanya semakin rindu. Syafiya lebih banyak menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar untuk menangis sembari mengelus-elus perutnya. Kekhawatirannya akan sang suami membuncah seiring dengan masa kelahirannya semakin dekat.

Sudah hari kedelapan, itu artinya lewat sehari dari janji Letnan Athar sebelum berangkat. Sebelumnya Syafiya tak pernah dibohongi. Jika Letnan Athar pamit pergi berlatih tujuh hari, maka di saat itu juga laki-laki itu akan pulang. Selama masa berlatih, biasanya Letnan Athar tak pernah absen menghubungi Syafiya setiap harinya. Namun sekarang berbeda, sudahlah tidak ada kabar selama seminggu, laki-laki itu juga mengingkari janjinya untuk pulang.

Letnan Athar benar-benar pergi berlatih atau?

"Mas, sudah lewat sehari. Kapan pulang? Aku rindu."

"Nggak lupa sama janjinya kan? Mas harus temenin aku lahiran," lirih Syafiya sembari mengamati foto dalam genggamannya.

Pada foto itu, Letnan Athar tampak gagah nan tampan dengan seragam lorengnya. Sementara Syafiya disampingnya menggunakan seragam persit hijau dengan perutnya yang sudah buncit. Dan tangan Letnan Athar memeluk Syafiya dari belakang. Benar-benar pasangan abdi negara yang serasi lagi romantis.

"Sebenarnya aku ingin kembali ke rumah dinas. Siapa tau Mas tiba-tiba pulang kan? Tapi..."

"Aku nggak siap Mas. Hatiku semakin sakit dengan kerinduan terhadap Mas ketika aku melihat para tentara yang sedang bertugas di sana. Para tentara yang kesana kemari di lingkungan kesatuan membuat dadaku semakin sesak menahan rindu. Jadi aku memutuskan tetap di rumah Ayah sampai Mas pulang."

"Nggak papa telat sehari, besok pulang ya Mas." Syafiya memaksakan senyumnya. Namun justru tangisnya kembali pecah saat ia menatap foto dalam genggamannya. Akhir-akhir Syafiya menjadi sangat sensitif pada hal sekecil apapun itu. Apalagi ini tentang kerinduannnya pada laki-laki tanpa kabar itu.

Tok..Tok..Tok..

Syafiya membelalakkan matanya saat ada ketukan pintu. Langsung saja ia beranjak untuk membuka pintu. Perutnya yang sudah sangat membuncit membuatnya hanya bisa berjalan pelan.

"Mas Athar?"

Syafiya mengamati laki-laki yang berdiri di hadapannya dari ujung atas hingga ujung bawah. Dan..

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang