33. Ibu Persit Cantiknya Komandan

59.2K 7.1K 1.3K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shodaqallahuladziim."

Keduanya sama-sama menutup mushaf setelah menghabiskan waktu sejak selesai sholat shubuh sampai kini pukul enam pagi untuk murojaah bersama. Syafiya melempar senyum pada suaminya yang mengedip-kedipkan matanya, entah kenapa.

"Kenapa Mas?" tanya Syafiya sembari meletakkan mushaf ke tempat semula.

"Bibit unggul saya kapan lahir Syaf. Lama sekali, saya sudah nggak sabar pengen ajarin dia pegang senjata," jawab Letnan Athar. Laki-laki itu kini sudah berubah posisi menjadi tengkurap dengan kepala menempel di perut istrinya.

"Ya Allah Mas, kok pegang senjata sih. Kan masih bayi." Syafiya terkekeh.

"Yaudah deh senjata mainan. Nanti saya borong mainan senjata supaya dia terbiasa sejak kecil. Harapan saya sangat besar untuk dia Syaf. Saya ingin dia mengikuti jejak saya menjadi seorang abdi negara. Saya merasa belum maksimal, jadi saya mau putra saya nanti yang akan menyempurnakan pengabdian Ayahnya pada negara."

"MasyaAllah, aamiin. Aku dukung Mas. Semoga nanti baby Z jadi tentara yang hebat ya." Letnan Athar mengangguk.

"Sayang, kok baby Z, bukannya baby B?"

"Ha? Baby B apa Mas? Bukannya kemarin sudah sepakat Z?"

"Kamu mau tau baby B?" Syafiya mengangguk.

"Tanya Rafael atau Guntur Geledek."

"Loh?"

"Nanti Mas temenin nanya. Sekarang sayang rebahan aja. Mau sambil dengerin musik, murrotal, baca buku, atau ngapain aja yang penting jangan turun dari kasur. Mas bikinin susu ya cantik."

"Sini Mas gendong ke kasurnya. Bismillah." Perlahan Letnan Athar menggendong Syafiya dan merebahkannya perlahan di kasur.

Setelah itu Letnan Athar beranjak menuju dapur. Kebiasaan yang selalu ia lakukan adalah membuatkan susu hamil untuk istrinya. Akhir-akhir ini Syafiya harus rutin meminumnya. Karena jika tidak maka badannya akan lemas.

"Susu untuk Bunda Syafiya cantik."

"Terimakasih Ayah Athar." Letnan Athar tersenyum.

"Yaudah, aku masak ya. Mau dimasakin apa pagi ini?"

Letnan Athar menggeleng cepat. "Sayang, Mas aja yang masak. Kamu tiduran disini. Kalau sudah siap nanti Mas panggil."

"Mas Athar."

"Nggak ada penolakan. Mau saya tembak hm?"

"Mas..."

"Mau saya tembak hm?"

"T-Tembak model gimana Mas? Kalau cium aku mau."

"Nggak, ini lebih sadis."

"Gimana itu Mas?"

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang