7. Hangat Pelukmu

158K 16.1K 2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Btw, disini ada yang nunggu Letnan Athar dan Syafiya nggak?

Kalian baca ini kapan?
.
.
.
"Hangat pelukmu masih sama dengan kala itu. Bedanya, dulu kita adalah orang asing, tapi sekarang kita sudah menyatu."

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Kak Azzam memangku wajah dengan kedua tangannya saat obrolannya tak di gubris oleh sang adik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Azzam memangku wajah dengan kedua tangannya saat obrolannya tak di gubris oleh sang adik. Dia memperhatikan sang adik yang asyik  sembari senyum-senyum sendiri dengan ponsel dalam genggamannya. Sesekali Kak Azzam ikut terkekeh walaupun sebenarnya ia kesal karena dianggap patung yang tak berguna.

"Ekhm, Kakak disini loh Dek. Adabnya dimana ya, kalau lagi ngobrol sama orang itu handphonenya ditaruh dulu. Nggak sopan tau," Syafiya masih tidak menggubris.

"Syafiya?" ulang Kak Azzam.

"SYAFIYA DENGER KAKAK NGOMONG NGGAK SIH?!" tiba-tiba nada tinggi Kak Azzam mengagetkan Syafiya. Gadis itu terlonjak hingga handphonenya hampir jatuh. Namun tangan Kak Azzam jauh lebih cepat menangkapnya.

"Tau gitu Kakak nggak minta waktu ngobrol kalau ujung-ujungnya dicuekin. Padahal Kakak cuma pengen ada waktu sebentar sebelum kamu ikut Athar. Emang seenggak penting itu ya Kak Azzam buat Syafiya. Lebih penting handphone ha?" Kak Azzam berbicara tanpa menoleh pada Syafiya.

"K-kak m-maaf," cicit Syafiya merasa bersalah. Gadis itu bangkit dari duduknya dan memeluk Kak Azzam dari belakang. "Maaf ya Kak, tadi itu Letnan Athar kirim pesan." Syafiya mengelus-elus lengan sang Kakak.

Kak Azzam luluh, dia berbalik dan menatap Syafiya penuh senyuman. Kemudian mendekap sang adik yang masih mengenakan gaun pengantin. Kak Azzam sedih, sebentar lagi ia akan berpisah dengan adiknya. Kebersamaan keduanya yang sudah berjalan selama sepuluh tahun membuat Kak Azzam masih ingin berlama-lama bersama adiknya.

Ya, Syafiya bertemu dengan Ayah Raka dan Kak Azzam saat usianya dua belas tahun. Walaupun awalnya Oma Zia dan Opa Faizal menahan Syafiya, namun bukti tes DNA yang cocok antara Ayah Raka dan Syafiya, maka oma dan opa harus melepas Syafiya bersama ayah dan kakak kandungnya.

"Lain kali jangan gitu lagi ya," ucap Kak Azzam dan Syafiya mengangguk. Kakak adik itu masih setia saling mendekap. Dekapan penuh kasih sayang antara seorang Kakak laki-laki dan adik perempuannya yang tak semua orang bisa merasakan, apalagi anak pertama dan anak tunggal.

Lama saling mendekap, Kak Azzam hendak merenggangkan dekapannya. Namun tangannya tak sengaja menggeser layar handphone Syafiya sehingga mengeluarkan sebuah suara. Sontak saja Kak Azzam mengarahkan layar handphone ke hadapan wajahnya. Seketika itu juga Kak Azzam tak kuasa menahan tawa.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang