18. Sadar?

62K 8.7K 2.2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum..

Happy Eid Mubarak! Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Phia minta maaf ya kalau selama ini ada kata-kata yang kurang berkenan dan menyakiti hati kalian, baik di wattpad, instagram ataupun tik-tok. Permintaan maaf juga dari para tokoh fiksi Lentera Jelita yang sering membuat kalian tertekan, ngakak sampe kram, ataupun bikin kesel.

Oke, happy reading, jangan lupa vote komen setiap paragrafnya yuk bisa..

.
.

"Bersabarlah dalam setiap musibah. Karena pertolongan akan datang bersama kesabaran."

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Lentera JelitaKarya Alfia Ramadhani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Empat hari kemudian.

"Mas, nggak capek bobo terus? Sudah empat hari Mas. Aku kangen." Syafiya menggenggam tangan Letnan Athar.

Seperti biasa, tidak ada jawaban. Namun Syafiya tak pernah bosan untuk terus berbicara dengan laki-laki yang sudah tak sadar selama empat hari itu.

"Waktu itu Mas Athar sering tanya anak kita lagi mau apa. Sekarang anaknya mulai banyak maunya, Mas Athar nggak pengen beliin apa yang dia mau?"

"Dede bayi lagi pengen martabak manis, martabak telur, siomay, gado-gado, rujak cingur, mie ayam, cireng, seblak, cappucino, es buah, sama jus melon. Mas Athar nggak mau beliin dia? Emang Mas Athar mau nanti anaknya ileran?" Syafiya terkekeh, berusaha menghibur dirinya sendiri.

"Cape ngomong sama Mas, nggak pernah direspon." Syafiya bangkit, ia hendak mengambil mushaf Al-Qur'an, seperti biasa jika sudah lelah berbicara sendiri, ia memilih untuk membaca Al-Qur'an tepat di samping suaminya. Namun tiba-tiba...

Hwek.

Hwek.

Hwek.

Syafiya kini tengah berdiri di wastafel kamar mandi seorang diri. Rasa mual di tubuhnya membuat ia harus keluar masuk kamar mandi entah sudah keberapa kalinya. Semenjak Letnan Athar dinyatakan koma, malam harinya Syafiya mulai merasakan mual-mual yang sebelumnya sangat jarang ia alami.

"Nak, jangan rewel ya sayang. Bantu Bunda untuk kuat menjalani semua ini. Bunda tau ini berat buat kita. Adek pasti rindu ciuman Ayah kan? Adek pasti rindu suara ngaji Ayah kan?"

"Sama, Bunda juga nak," final Syafiya bersamaan dengan cairan bening itu mengalir di pipinya.

Hwek.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang