2. Laki-laki Bersorban Misterius

180K 19.3K 1.9K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Yang belum vote dua bab sebelumnya mohon vote jika masih mau lanjut membaca sampai ending.

Alasan kalian baca cerita ini?
.
.
.
"Jodoh itu misterius. Semisterius laki-laki bersorban yang kedatangannya selalu memporak-porandakan hati."

Lentera Jelita
Karya Alfia Ramadhani

Sejak kejadian siang itu, jantung Syafiya sampai detik ini masih tidak bisa normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kejadian siang itu, jantung Syafiya sampai detik ini masih tidak bisa normal. Bayang-bayang laki-laki bersorban dan mata tajamnya itu senantiasa memenuhi pikiran. Masih menjadi pertanyaan, sebenarnya siapa laki-laki bersorban itu? Terlihat tidak asing, namun Syafiya tidak bisa mengenali jika hanya dari sorot matanya.

Kini gadis itu tengah duduk di teras Masjidil Haram sembari menggenggam bunga mawar merah di tangannya. Sesekali ia menghirup aroma wangi dari bunga itu. Namun pikirannya masih menjelajah mencoba menemukan siapa laki-laki bersorban itu.

Syafiya membuka ponselnya, seperti biasa sudah ada 99++ panggilan dan pesan tak terbaca dari Ayah Raka dan Kak Azzam. Dua laki-laki super posesif padanya. Maklum saja, Syafiya adalah perempuan satu-satunya yang mereka miliki. Apalagi kini ia juga berada jauh dari mereka.

"Ya Allah, Syafiya bersyukur punya Ayah Raka dan Kak Azzam. Tapi kenapa mereka seposesif ini, gemes deh," Syafiya terkekeh sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke hotel agar bisa menghubungi mereka tanpa khawatir menganggu orang yang sedang beribadah di Masjidil Haram.

Tak sampai lima belas menit, Syafiya sampai di hotel. Dia meletakkan barang-barangnya di meja dan merebahkan diri di kasur king size yang ada disana. Setelahnya mulai menekan tombol untuk menghubungi Ayahnya.

Ayah Raka🤍

"Assalamualaikum Ayah."

"Waalaikumussalam putri Ayah. Lagi dimana nak? Dari tadi Ayah nggak bisa hubungi loh."

"Habis ibadah lah ya. Masa  jauh-jauh kesini cuma fokus main handphone."

"Astaghfirullah, iya juga sih. Hei, gimana, udah ketemu jodohnya disana?"

"Ayah, kok yang ditanyakan itu terus sih," pipi Syafiya bersemu kemerahan.

"Loh, itu kenapa pipinya merah? Ayo pasti udah ketemu ya. Yakin mau nyembunyiin dari Ayah?" goda Ayah Raka terkekeh.

"Wah, sampe rumah harus segera diinterogasi itu Yah," terdengar suara Kak Azzam yang ikut menyahuti.

"Aduh, kok jadi bahas ini sih. Udah ah, mending tidur aja," Syafiya berusaha mengalihkan topik.

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang