29. Pahlawan Ibu Pertiwi

53.3K 8.3K 1.6K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ada prajurit dari timur yang gugur Ndan," beritahu seorang berseragam loreng itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada prajurit dari timur yang gugur Ndan," beritahu seorang berseragam loreng itu.

"G-Guntur?"

"Mas. Mas Athar ngomong apa." Syafiya menyadarkan suaminya.

"Astaghfirullah, ya Allah." Letnan Athar menggeleng cepat. Pikirannya benar-benar tak terkondisikan. Pasti bukan Guntur. Guntur pasti baik-baik saja disana.

"Jadi siapa?" Rafael bertanya. Wajah laki-laki itu juga menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

"Maaf saya juga tidak tahu pasti. Masih samar-samar mendengarnya Sertu Rafael. Lebih baik menunggu informasi dari Danyon Arif. Kalau begitu saya permisi," jawabnya. Lalu beranjak pergi.

"Nggak, pasti bukan Guntur. Saya harus temui Danyon Arif sekarang." Tanpa menggubris Letnan Athar, Rafael melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi.

Sementara Syafiya terus meyakinkan suaminya. Perempuan itu memijat leher Letnan Athar, lelakinya benar-benar tidak tenang sekarang.

"Syaf, bukan Guntur kan?"

Syafiya menggeleng. "Guntur pasti baik-baik saja Mas. Guntur kan masih mau mengajari Komandan kecil memanah."

"I-Iya. Itu pasti bukan Guntur," menjeda ucapannya. "Yaudah, kita ke lapangan sekarang."

"Mas yakin? Kalau masih nggak enak lebih baik istirahat aja Mas. Daripada nanti nyetirnya nggak fokus? Biar aku izin Ibu Ketua." Syafiya begitu mengkhawatirkan suaminya. Lagipula pun jika ia hadir. Ia juga tak akan ikut olahraga. Jadi lebih baik ia merawat suaminya.

"Mas pusing sayang."

"Mas. Y-yaudah, aku beliin minum dulu ya di-"

"Nggak mau minum, maunya di cium," ujar Letnan Athar menyentuh pipi kanannya.

"Mas Athar ih." Syafiya agak kesal, bagaimana tidak, saat ia khawatir ternyata suaminya hanya bercanda.

"Mau di cium sayang. Kalau nggak saya nangis."

"Ini beneran Komandan Athar?" Syafiya sampai keheranan dengan tingkah suaminya.

"Bukan, tapi Atharazka Zafir El-Zein," jawab Letnan Athar.

"Bedanya apa?"

"Kalau Komandan Athar dimiliki banyak orang, anggota peleton saya contohnya. Tapi kalau Atharazka Zafir El-Zein milik Syafiya Anasztaizia seorang."

"Gombal."

"Gimbil."

"Mas Athar!"

"Syafiya!"

"Nyebelin!"

"Ngangenin!'"

"Mas Athar jelek."

"Syafiya cantik."

Lentera Jelita (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang