1203 || lick 2 (minwon)

10.3K 377 52
                                    

"FUCK!!" Wonwoo berteriak keras dari dalam kamarnya, lalu ia meraih gelas yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya dan melemparnya. Membuat gelas itu pecah berantakan di lantai kamar itu.

Ia mengacak rambutnya frustrasi, air mata terus mengalir. Ini sudah dua bulan Mingyu meninggalkannya pergi ke Amerika. Dan ia begitu menyesal, kenapa ia tidak melarang Mingyu, menatap ia tidak menghentikan Mingyu dan kenapa ia terlambat menyadari perasaannya?

Nyonya Jeon yang mendengar teriakan juga pecahan kaca itu langsung membuka pintu kamar Wonwoo. Ia menatap putra semata wayangnya yang menangis sembari memeluk erat kedua lututnya.

Ia berjalan mendekat setelah menutup pintu, menghindari pecahan gelas itu dan duduk di hadapan Wonwoo. "Sayang.." Ia meraih lengan Wonwoo dan mengusapnya.

Wonwoo mendongak dengan wajahnya yang basah dan matanya yang memerah. "It's hurt so much mom.. I can't take it anymore.." Ia semakin merengek, ibunya meraih tubuh Wonwoo dan memeluknya dengan erat. Ibunya juga ikut menangis.

Ia mengusap punggung Wonwoo dengan lembut. "Kau sudah bertahan sejauh ini sayang.." Ia melepaskan pelukan tersebut dan menatap lekat Wonwoo. "Kau sudah memutuskan berhenti sekolah, kau tiap minggu menemui dokter Han, kau bilang kau siap merawat anakmu, tapi kenapa kau bersikap seperti ini?" Ia mengusap wajah Wonwoo dengan lembut.

Wonwoo memejamkan kedua matanya dengan erat. "Aku merindukan Mingyu ibu.. Hiks, aku sangat merindukannya.." Ia menggigit bibir bawahnya, tangan kanannya mengusap perutnya yang sedikit membuncit. "Aku ingin bilang padanya jika aku hamil anaknya.. Hiks.." Ia menunduk, menatap perutnya sendiri.

"Ibu mengerti, tapi Wonwoo.. Kau sendiri yang bilang tidak akan memberitahu Mingyu.. Kau sendiri yang memutuskan untuk menjaga janinmu.. Maka jangan seperti ini, kasihan dia Wonwoo.." Tangan kirinya juga mengusap perut Wonwoo dengan lembut. "Ia bisa merasakanmu, sangat bisa.. Di dalam sana, ia akan merasa sedih karena papanya menangis seperti ini.."

Wonwoo semakin terisak, ia menatap perutnya. "Maafkan papa nak.. Papa tak bermaksud membuatmu khawatir.. Papa merindukan ayahmu.. Sangat.." Lirihnya, ia menelan ludahnya dengan kasar.

Nyonya Jeon menatap Wonwoo dengan sedih. Sudah beberapa hari ini Wonwoo menangis, padahal hari-hari sebelumnya Wonwoo tidak seperti ini, ia dengan bahagia memutuskan untuk mengandung janinnya, mempertahankan anak Mingyu yang bahkan, ia sendiri tak tahu bagaimana rupanya.

Wonwoo hamil, ini sudah minggu ke sepuluh kandungannya sejak hubungan badan pertamanya dengan Mingyu. Banyak penyesalan yang Wonwoo rasakan, kenapa malam itu ia meminta Mingyu datang dan berakhir saling bersenggama.

Kenapa tidak dirinya yang memasuki Mingyu dan kenapa ia yang harus merelakan lubang analnya untuk Mingyu. Kenapa ia bercanda mengenai hamil dengan Mingyu, sampai membuat Mingyu menangis. Kenapa ia tidak mencegah Mingyu pergi ke Amerika, kenapa ia tidak memiliki nomor Mingyu, kenapa ia terlambat menyadari perasaannya.

Masalah nomor? Pihak sekolah sebenarnya punya, tapi ayahnya, tuan Jeon, melarang Wonwoo, atau itu akan membuat pihak sekolah tahu alasan Wonwoo keluar dari sekolah tersebut. Tuan Jeon, bermaksud memasukkan Wonwoo ke sekolah asrama agar bisa menjaga Wonwoo.

Dalam artian, ia sudah tahu bahwa anaknya itu hiperseks, ia mengecilkan kemungkinan Wonwoo menghamili seorang gadis dengan memasukkannya ke sekolah asrama dan tinggal di asrama khusus laki-laki. Tapi nyatanya, Wonwoo masih berulah dan berakhir Wonwoo sendiri yang hamil.

Ia sudah menyuruh Wonwoo untuk menggugurkan kandungannya. Tapi Wonwoo tidak mau, ia akan mempertahankan janinnya dan merawatnya. Merelakan semuanya demi anak Mingyu. Jadi, Wonwoo berusaha bertahan. Juga, dokter Han mengatakan bahwa laki-laki yang bisa hamil itu sangat jarang, jadi Wonwoo termasuk orang yang istimewa.

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang