1407 || om (minwon)

15.5K 309 42
                                    

Wonwoo menunduk begitu dalam, tangisannya tak berhenti sedari tadi, ia terus menangis di depan ruang kedua orang tuanya tadi di periksa oleh dokter. Ini terjadi karena kedua orang tuanya kecelakaan, sementara pihak rumah sakit mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal sejak diperjalanan tadi, dan ibunya, meninggal baru saja. Itu sebabnya ia menangis tersedu. Beberapa perawat sedang berusaha menenangkan pemuda berumur 19 tahun itu.

"Wonwoo!"

Ia mendongak ketika mendengar namanya di panggil, melihat keluarga adik ayahnya yang berjalan tergesa menuju dirinya. Wonwoo bangkit dari duduknya. "Tante hiks.." langsung menangis tersedu begitu saja saat tubuhnya di raih adik perempuan ayahnya. "Hiks.. Papa sama mama udah nggak ada hiks.. Aku sendirian hiks.." isaknya.

Adik perempuan ayahnya yang bernama Wendy itu mengusap punggung keponakannya dengan lembut. Ia juga menangis, tapi berusaha agar tetap tenang di depan Wonwoo. "Nggak, jangan bilang kaya gitu Wonwoo.. kamu masih punya tante, masih punya om Mingyu, masih punya Chan juga.." ucapnya mencoba menenangkan.

Wonwoo tetap saja terisak, ia menenggelamkan wajahnya di pundak tantenya dan terus menangis selama beberapa menit. Setelah itu ia menjauh, menatap wajah tantenya dengan lekat. Ia mengerjap kecil. "K-kenapa ini terjadi sama aku tante.. hiks.." ia menunduk begitu dalam.

Mingyu yang menggendong Chan menatap keponakannya dengan sendu, ia mendekat dan mengusap pundak Wonwoo. "Wonwoo, ini sudah takdirnya.." ucapnya berusaha menenangkan.

Wonwoo tahu bahwa hal tersebut adalah takdir, tapi ia tetap saja tidak bisa menerimanya.

"Kak Wonwoo jangan bersedih.. Chan nanti ikut sedih.." Ucap Chan, ia menurunkan tubuhnya dari gendongan ayahnya, memeluk Wonwoo dengan erat. Anak berumur tujuh tahun itu juga menangis. Wonwoo langsung merendah, ia memeluk Chan dan keduanya menangis bersamaan.

Wendy dan Mingyu saling menatap, wanita itu mendekat ke arah suaminya dan memeluknya erat, menangis dengan menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Ia benar-benar tak menyangka bahwa kakaknya akan meninggal secepat ini, apalagi Wonwoo masih terlalu muda untuk ditinggalkan.

Setelah itu, jenazah orang tua Wonwoo diantar ambulance untuk menuju rumah duka. Wonwoo menunggu di rumah duka tersebut sembari menerima tamu-tamu yang datang. Ia juga di temani oleh tantenya. Tiga hari mereka di rumah duka sebelum akhirnya kedua orang tua Wonwoo di makamkan.

Wonwoo sekarang berada di kamarnya setelah keluarga Mingyu mengantarnya pulang. Chan tertidur di pangkuan ibunya, Mingyu duduk di samping istrinya. "Gimana sama Wonwoo? Kita nggak mungkin ninggalin dia sendirian di sini." ucapnya kepada Wendy.

Wendy menatap lekat Mingyu. "Kalo semisal Wonwoo tinggal sama kita aja gimana mas? Aku nggak tega buat ninggalin dia, tinggal di rumah sebesar ini sendirian." balasnya.

Mingyu mengangguk kecil untuk menanggapi. "Nggak papa, selain Wonwoo nggak kesepian, Chan juga ada temennya." Mingyu mengusap kaki putranya yang sedang tertidur.

Istrinya mengangguk paham, ia kemudian mengangkat tubuh Chan dan kepalanya ia baringkan di paha suaminya. "Aku bicarain sama Wonwoo dulu." ucapnya dan setelah mendapat jawaban, ia berjalan menaiki tangga menuju kamar Wonwoo berada. Ia mengetuk pintu kamar keponakannya. "Wonwoo.. tante boleh masuk?" tanyanya dengan seru.

Tak lama, pintu itu terbuka dan mendapati Wonwoo yang kedua matanya memerah. Wonwoo berjalan ke arah ranjangnya dan duduk di sisi ranjang itu. Diikuti tantenya. Wonwoo menunduk, menautkan kedua tangannya dan menatap kosong tangan tersebut.

Wendy menatap Wonwoo dengan sendu. "Wonwoo.." panggilnya lembut dan Wonwoo mendongak. "Kalo semisal kamu tinggal sama tante aja gimana?" tanyanya.

Kedua mata rubah itu mengerjap kecil, lalu ia menggeleng. "Nanti aku ngerepotin tante sama Om.. aku tinggal di sini aja nggak papa tante.." balasnya.

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang