1407 || tulips (meanie)

6.6K 246 18
                                    

Wonwoo tersenyum simpul setelah melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, menunjukkan pukul tiga sore hari. Ia membenahi meja kerjanya dan bangkit dari duduknya. Berjalan keluar dari ruang kerjanya. "Aku akan pulang terlebih dahulu." ucapnya.

Sekretarisnya yang sudah berdiri dari duduknya mengangguk kecil. "Hari ini adalah ulang tahun dari suami anda, tuan Jeon. Salam untuk beliau." balasnya.

Wonwoo tersenyum tipis. "Iya, akan aku sampaikan padanya." lalu ia berjalan pergi menyusuri lorong lantai tersebut, menaiki lift untuk turun ke lantai pertama. Ia menunggu selama beberapa saat sampai akhirnya pintu lift terbuka di lantai satu.

Dirinya segera berjalan keluar dari lift, menuju pintu utama dan menerima kunci mobilnya yang sudah disiapkan oleh seorang petugas. Ia masuk dan mulai melajukan mobilnya keluar dari area perusahaan keluarganya.

Wonwoo menatap sekeliling, melihat hari yang begitu cerah. "Selalu saja, jika Mingyu ulang tahun, harinya selalu cerah." kekehnya kecil.

Ia tak langsung datang menemui suaminya itu, melainkan mampir ke sebuah toko bunga tempat biasa ia membeli bunga di sana. Wonwoo berjalan masuk dan menyapa salah seorang pekerja di toko tersebut.

Kedua matanya menatap sekeliling, melihat beberapa bunga yang tertata begitu rapi, sesuai dengan jenis bunganya. Tapi atensinya hanya tertuju pada bung tulips yang berwarna-warni. Dari mulai merah muda, merah, orange bahkan putih.

Ia menghampirinya, mengambil beberapa tangkai dari bunga tulips yang berwarna merah dan orange. Ia tidak mengerti kenapa suaminya itu sangat menyukai bunga tulips, terutama yang berwarna merah dan orange.

Mingyu pernah bilang padanya bahwa tulips merah berarti cinta sejati, bahkan saat pertama kali Mingyu mengajaknya berkencan, Mingyu memberikan seratus tangkai bunga tulips merah.

Sementara tulips orange, berarti semangat, Wonwoo tahu, bahwa suaminya itu seorang pria yang begitu ceria dan semangat dalam melakukan segala hal. Dan tulips orange benar-benar sesuai karakter suaminya.

Setelah mengambil beberapa tangkai kedua warna bunga tulips itu, Wonwoo membawanya ke arah pekerja toko yang akan merangkainya menjadi sebuah buket bunga dengan ditambahkan beberapa jenis bunga kecil lainnya. Ia menunggu sembari menatap sekeliling.

"Maaf, permisi.."

Ia menoleh, melihat seorang wanita cantik dengan wajah mungil dan bibir yang merah alami. "Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Wonwoo.

Wanita itu mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya. "Bolehkan saya meminta nomor anda?" tanyanya dengan malu.

Wonwoo tersenyum tipis. "Maaf.." ia mengangkat tangan kanannya. "Aku sudah menikah." ucapnya sembari menunjukkan cincin pernikahannya yang melingkar di jari manisnya.

Wanita itu mengerjap kecil. "Ah.. maaf, saya tidak tahu." lalu pergi begitu saja dengan rasa malunya.

Pria Jeon itu menggeleng kecil untuk menanggapi, lalu ia memperhatikan bunga tulips yang ia beli sudah hampir selesai dibuat oleh pekerja si sana.

Setelah ia membayar, ia membawa keluar buket bunga tulips tersebut, berjalan menuju mobilnya dan masuk. Ia meletakkan buket tersebut di jok penumpang sampingnya. Melajukan mobilnya pergi dari sana.

Lima belas menit, akhirnya ia sampai, keluar dari mobil dengan membawa buket bunga tulips tersebut. Ia terus melangkah hingga dirinya sampai di samping makam suaminya.

Wonwoo tersenyum dan menatap batu nisan Mingyu dengan lekat. Ia merendahkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di samping makam Mingyu, ia meletakkan buket bunga tulips itu di atas makam Mingyu.

"Mingyu-ya.. bagaimana kabarmu?" tangan kanannya terulur mengusap batu nisan Mingyu dengan lembut. "Aku.. baik-baik saja." ucapnya dengan tersenyum.

Ia menatap tulisan di batu nisan tersebut, yang menuliskan tangga lahir Mingyu. "Selamat ulang tahun sayang, kau berumur 29 tahun sekarang dan aku.. Aku akan memasuki umur 30 tahun ini." ia menghela napasnya lirih.

Beralih duduk bersila di atas rerumputan hijau itu. "Tapi aku tidak terlihat tua kan? Buktinya.. tadi ada seorang wanita yang meminta nomorku saat aku membelikan bunga kesukaanmu itu. Tapi tentu saja, aku menolaknya sayang, aku suamimu."

Ia terdiam selama beberapa menit. "Tadi, Seokmin mengirim pesan untukmu juga, ia bilang selamat ulang tahun untukmu. Aku rasa.. sahabatmu itu juga merindukanmu."

Wonwoo menghela napasnya, menatap sekeliling, keadaan pemakaman begitu sepi, hari juga sudah mulai sore. Ia lalu menatap batu nisan Mingyu selama beberapa menit. "Izinkan aku di sini selama beberapa waktu, aku sungguh merindukanmu." lirihnya.

Wonwoo menunduk, menyingkirkan beberapa daun kering yang ada di atas makam suaminya. "Aku sungguh merindukanmu." dan air matanya menetes begitu saja.

•••••• THE END ••••••
Cuma 600 words🙂

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang