0307 || twenty-forty one (minwon)

10.7K 280 77
                                    

Brukk

Seorang pemuda bernama Jeon Wonwoo menjatuhkan keranjang yang berisi penuh berbagai jenis makanan instan yang akan ia tata di rak toserba tempatnya bekerja.

Ia sudah lelah, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi dirinya masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Dengan berat hati, kedua tangannya bergerak mulai membenahi berbagai jenis makanan instan tersebut.

Kedua tangannya sesekali ia istirahatkan, Wonwoo sudah begitu lelah karena siang tadi, saat pelajaran olahraga, ia harus memainkan permainan sepak bola dari awal hingga akhir. Apalagi tubuhnya sudah lama tak ia bawa bergerak seperti siang tadi.

Ia menghela napasnya setelah menyelesaikan tugas terakhirnya. Wonwoo membenahi keranjang tersebut di balik meja kasir, ia meraih tasnya setelah melepas vest khusus dari tempat kerjanya dan menyimpannya.

Wonwoo melangkah ke arah pintu keluar setelah mematikan lampu, ia mengunci pintu tersebut dan besok pagi, bisa di buka oleh pekerja paruh waktu yang lain.

Dengan langkah goyahnya, ia berjalan melewati jalanan trotoar menuju ke rumah kecilnya yang berada di perumahan kecil di daerah tersebut.

Ia menatap sekeliling, keadaan sudah cukup sepi, kendaraan jarang yang berseliweran seperti biasa dan bis terakhir sudah lewat sejak tadi.

Ia menghela napasnya panjang, langkahnya terhenti saat kedua mata rubahnya itu menangkap sosok pria yang berjalan ke arahnya dengan goyah sepertinya. Tapi lebih goyah dibanding dirinya.

Dahinya mengernyit, melihat cairan menetes dari orang tersebut. Ia segera berlari mendekat ketika tubuh pria itu akan terjatuh, meraihnya dan karena tenaganya yang kurang, berakhir dirinya juga terjatuh.

Matanya mengerjap ketika melihat perut pria itu mengeluarkan darah, ditutupi telapak tangan pria itu yang juga sudah penuh dengan warna merah. Wonwoo langsung meraih ponsel jadulnya dan menghubungi ambulance.

Ia melepas jaket hoodie yang ia gunakan, meraih tangan kanan pria itu dan menekan lukanya dengan jaketnya.

Pria itu mendongak dan menatap Wonwoo dengan tatapan yang sayu karena kesadarannya sudah di ambang batas. Ia menunduk lagi, tangannya yang berdarah meraih tangan kiri Wonwoo dan menggenggamnya erat.

Wonwoo menelan ludahnya kasar. "Sebentar lagi ambulance akan datang." ucapnya.

Pria itu mengangguk kecil. "Terima kasih." gumamnya dan kesadarannya hilang begitu saja. Kepalanya terjatuh di atas paha Wonwoo.

Dan Wonwoo masih menekan hoodie miliknya agar darah dari perut pria itu tak terus menerus keluar.

Dari kejauhan, ia mendengar suara sirine ambulance. Tangan Wonwoo naik dan ia melambai, hingga ambulance tersebut berhenti di samping jalanan trotoar.

Mingyu langsung dibawa masuk oleh petugas medis, begitu pun dengan Wonwoo karena ia akan dimintai keterangan tentu saja.

Mobil itu melaju, di dalam, petugas kesehatan membuka jaket yang Mingyu gunakan dan menarik ke atas kemeja lengan pendek Mingyu. Mereka memeriksa luka tusukan itu.

Wonwoo melihatnya dengan takut, matanya mengerjap, ini pertama kalinya melihat luka yang seperti itu. Ia terus memperhatikannya hingga mobil itu berhenti di rumah sakit.

Mereka keluar dan membawa pria itu memasuki rumah sakit, langsung di bawa ke ruang gawat darurat untuk di obati. Sementara Wonwoo, ia pergi ke toilet untuk membersikan darah yang ada di tangannya.

Setelah keluar dan kembali ke depan ruangan gawat darurat, ia didatangi oleh seorang perawat, yang menanyakan pasal kejadian tadi, seperti apakah Wonwoo mengenal pasien, apakah ia melihat bagaimana pasien mendapat luka itu.

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang