Kedua kaki Mingyu berlari kecil menuju bibir pantai dengan pasir putih, ia langsung berjongkok dan memainkan air laut yang ombaknya cukup tenang. Ia menoleh ke belakang, menatap ayah dan ibunya yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Ayah, bolehkah aku berenang?" tanya Mingyu sedikit seru karena deru angin di pantai tersebut bisa merendam suaranya.
"Tentu sayang, tapi jangan jauh-jauh." jawab tuan Kim dan membuat putranya itu tersenyum dengan senang. Ia kemudian membantu istrinya untuk menyiapkan tikar dan bekal yang mereka bawa.
Sedangkan Mingyu, ia mulai memasuki bibir pantai, membuat kedua kakinya basah dan celana pendek yang ia kenakan juga basah karena hamparan ombak yang terbilang masih kecil.
Mingyu bergabung dengan beberapa orang di sana yang tengah berenang di lautan tersebut, ia sesekali berlari menghampiri kedua orang tuanya untuk memakan buah yang ibunya siapkan.
Lalu kembali lagi untuk meneruskan acara berenangnya, Mingyu menyelam, ia melihat terumbu karang di area tersebut lalu naik ke permukaan, mengerjap saat dirinya malah terasa lebih jauh dari bibir pantai.
Ia mencoba untuk berenang ke bibir pantai. "Ayah!" tangan kecilnya melambai tapi kedua orang tuanya tak melihatnya, mereka masih asyik berbincang dan tak mendengar suara Mingyu yang terendam angin laut.
Tubuh kecil Mingyu bukannya mendekat ke bibir pantai malah semakin jauh, kedua kakinya terus bergerak agar dirinya tetap di permukaan. Namun hamparan ombak menyapu dirinya dan membuatnya kelabakan, air laut memasuki tubuhnya melalui hidung dan mulutnya.
Tangannya terus ia gerakkan, berusaha untuk meminta pertolongan saat dirinya sama sekali tak bisa lagi menggerakkan kaki kirinya. Ia mengirup napas banyak-banyak saat ada kesempatan, berusaha menggerakkan kedua tangannya lagi tapi di saat itu, ombak yang cukup besar menerjang tubuhnya dan membuatnya semakin jauh.
Mingyu berada di tengah laut, ia menahan napasnya yang tinggal sedikit, menatap sekeliling dan tak ada apa-apa di sana, hanya air yang memenuhi daerah tersebut, apalagi dari kejauhan sana, gelapnya air membuat dirinya sendiri takut.
Tubuhnya mulai lemas, ia masih berusaha berenang ke atas sampai akhirnya dirinya benar-benar kelelahan dan tak bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Mingyu terdiam ketika tubuhnya masuk semakin dalam ke dasar laut.
Ia perlahan menutup kedua matanya yang tak sanggup lagi untuk mempertahankan kesadarannya, melihat seseorang yang berenang ke arahnya lalu meraih tubuhnya. Mingyu merasakan tangan itu memeluknya dengan erat, ia di bawa naik ke permukaan dan setelah itu, kesadarannya hilang sepenuhnya.
Pria itu membawa Mingyu berenang ke bibir pantai, ia menuju ke kedua orang tua Mingyu yang sudah menunggu dengan panik. Lalu saat sampai, ia membaringkan tubuh anak berumur sepuluh tahun itu di atas pasir.
Ia menyentuh dada Mingyu dengan kedua telapak tangannya, lalu memberikan CPR selama beberapa menit sampai akhirnya Mingyu mengeluarkan air dari mulut dan hidungnya, terbatuk karena hal tersebut.
Nyonya Kim dan tuan Kim menatap pria tersebut, mereka tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya pergi untuk membawa Mingyu ke rumah sakit.
Wonwoo menghela napasnya dengan kasar, ia membersihkan pasir yang menempel di celana yang ia gunakan, lalu meraih sebuah gelang yang tergeletak tak cukup jauh dari tempatnya berdiri, yang sepertinya punya anak tadi.
Ia lalu memutuskan pergi dari sana, berjalan menuju mobilnya dan mengambil pakaian ganti lalu memakainya.
*flashback end
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon 2022
Fiksi PenggemarONE/TWO SHOT • 2022 EDITION Kumpulan one/two shot Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo yang penuh dengan kemesuman sang penulis dan terkadang berakhir dengan menyedihkan. start : january 2022 finish : december 2022 BL || GS 1821 • Kim Mingyu || Jeon Wonwoo ...