0803 || cheating on you (minwon)

11.3K 222 18
                                    

Kami berdua duduk bersebelahan di atas sebuah sofa panjang berwarna merah. Tawa dan suara televisi menderu di ruangan keluarga rumahnya. Ia duduk manis di sampingku, tertawa melihat adegan komedi di dalam film yang sedang kami tonton.

Aku terkekeh melihatnya, terpesona akan kecantikannya. Ia menoleh, menatapku bingung dan aku hanya menggeleng lalu menatap ke layar televisi. Lalu dengan perlahan, aku mendekatkan tubuhku sampai lengan kami bersentuhan.

Ini bukan pertama kalinya aku merasa seperti ini, begitu nyaman dengan kehadirannya. Terkadang, aku sempat berpikir apakah aku benar-benar menyukainya atau hanya perasaan aneh yang melintas dan akan pergi begitu saja. Tapi sejauh ini, aku bisa menyimpulkan bahwa aku menyukai dirinya.

Ini tahun kedua aku mengenalnya sejak kami masuk di jurusan yang sama dan juga satu kelas. Aku mengenalnya lebih dari sekedar teman, bagiku. Kami banyak berbincang mengenai banyak hal, dari mulai hobi kami, apa yang tidak kami sukai, hal-hal lain bahkan sampai tentang keluarga kami.

Keluarganya sudah mengenal diriku, begitu pun sebaliknya, keluargaku juga mengenal dirinya. Itulah sebabnya aku bisa duduk dengan nyaman sambil tertawa di rumahnya tanpa ada yang menghiraukan kami.

Jika aku deskripsikan dalam sebuah kata-kata, ia seseorang yang begitu cantik, meskipun orang lain menganggapnya tampan, tapi di mataku ia begitu cantik. Ia dingin, tapi hatinya begitu hangat, hanya mungkin dirinya tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya.

Ia memiliki senyum yang indah, yang terkadang, bisa membangkitkan semangatku saat hari-hariku terasa begitu melelahkan. Terkadang, ia berlaku seperti seorang kakak, ia bisa menasehatiku dan bahkan memarahiku jika aku berbuat kesalahan. Seorang adik yang selalu bersikap menggemaskan di depan kakaknya.

Seorang ibu yang selalu memikirkan bagaimana kesehatanku, bahkan makan pun terkadang ia yang memilihnya. Seorang ayah yang mempu menuntunku ke jalan yang lebih benar, menjagaku layaknya aku sebagai putranya sendiri.

Ia memiliki banyak kelebihan, tidak hanya dari bagaimana ia bersikap, tapi bagaimana fisiknya juga. Sudah kubilang ia cantik, hidungnya mancung dengan tegak, bibirnya merah muda, mungkin rasanya seperti madu murni. Kedua matanya mirip dengan rubah, tapi terkadang ia mirip juga dengan kucing yang menggemaskan.

Kulitnya semulus dan seputih susu. Aku sering menyentuhnya, dan merasakan kelembutan di kulitnya itu. Maksudku, menyentuh sekedar tangan atau wajah, jika bisa lebih pun, tanganku dengan siap akan menerimanya.

Tak hanya itu, ia memiliki tubuh yang menurutku berbeda dengan pria lain biasanya, bahunya lebar, ia memiliki tangan kekar meskipun tak sama dengan milikku. Dadanya sedikit berotot, perutnya memiliki abs berwarna coklat dan pinggangnya, itu pas sekali di tanganku.

"Kau gila?" Aku menoleh ketika mendengar suaranya, dalam dan khas Jeon Wonwoo. "Kenapa kau terkekeh saat adegan sedih?" Tanyanya dengan menatapku bingung.

Aku mengerjap dan menoleh ke arah televisi yang menampilkan seorang wanita paruh baya dengan menangis. Lalu aku kembali menoleh ke arah Wonwoo. "Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu." Jawabku dengan canggung. Lebih tepatnya memikirkamu Wonwoo.

Kedua matanya masih menatapku dengan bingung, lalu aku mendengar helaan napasnya yang panjang. Ia menoleh kembali ke arah layar televisi, begitu pun dengan diriku. Tapi kedua mataku terus melirik untuk menatap dirinya yang duduk di sampingku.

Aku menelan ludahku dengan kasar, merasakan gerakan lengannya yang bergesek dengan lenganku. Aku menoleh, mendapatinya yang menatap layar televisi dengan tatapan kosong. Apa dia memikirkan sesuatu? Apa?

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang