0104 || silent (wonmin)

9.2K 205 16
                                    

"Kau bukan lagi anakku Mingyu!"

Karena perkataan ibunya itulah yang membuat Mingyu merasakan bahwa dunianya berhenti selama beberapa saat. Kedua matanya yang sedari tadi memerah kini meneteskan air mata yang begitu banyak.

Kedua tangannya bergetar, ia mengerjap dan memundurkan langkahnya. Ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat hingga darah keluar dan bercampur dengan saliva di dalam mulutnya.

Mingyu menghapus air matanya dengan kasar, ia menatap ibunya dengan lekat, tidak, mungkin sejak beberapa saat lalu, wanita paruh baya yang berdiri tak jauh darinya bukan lagi ibunya. "Kau yang mengatakannya.. ibu.." lirihnya dengan suara bergetar.

Remaja Kim itu berbalik, ia berjalan ke arah kamarnya, memasukkan barang-barangnya, seperlunya, hanya beberapa baju ke dalam ranselnya dan sebuah foto yang berisi gambar dirinya dengan kedua orang tuanya yang telah berpisah.

Kedua orang tua Mingyu telah berpisah saat ia berumur sembilan tahun dan menjadi anak broken home itu sangatlah tidak mengenakkan. Bahkan untuk dirinya bertemu ayahnya sungguh dipersulit oleh ibunya.

Dan dirinya, sudah bertahan hingga umurnya tujuh belas tahun. Tapi karena masalah yang menurutnya sepele, ibunya berkata bahwa dirinya bukanlah lagi anak dari ibunya.

Hal itu di mulai dengan Mingyu yang tak mendapat gaji dari kerja paruh waktunya, tanpa ibunya tahu, bahwa Mingyu diberhentikan karena restoran tempatnya bekerja tak membutuhkan pekerja paruh waktu lagi.

Dan ia tak bisa memberikan uang seperti biasanya pada ibunya saat ia pulang tadi, pesangon? Bahkan pemilik restoran itu tak memberikannya.

Mingyu keluar dari kamarnya, ia menatap ibunya dengan lekat. "Maaf merepotkanmu.." ucapnya dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut.

Si wanita paruh baya itu menangis, ia tak bermaksud berkata seperti itu pada anak semata wayangnya. Ia mengejar Mingyu, sampai di depan rumah, putranya sudah tidak ada. Dan ia menyesal.

Kedua kaki Mingyu melangkah dengan cepat melewati gang sempit yang semakin jauh dengan rumah ibunya. Ia sesekali menghapus air matanya yang terus turun. Entah, ia tidak berpikir akan pergi kemana sekarang, ia tidak ingin menunjukkan wajahnya pada ibunya. Itu yang terpenting.

Setelah sampai di halte bus, Mingyu mendudukkan diri di sana. Ia menghela napasnya panjang dan menatap kendaraan yang berlalu lalang. Mingyu terdiam hingga ia teringat akan ayahnya yang berada di Seoul.

Mingyu meraih kartu bus miliknya, ia memantapkan diri untuk pergi ke Seoul. Menunggu selama beberapa saat, bus menuju Seoul dari Anyang berhenti di depan halte tersebut, ia masuk dan duduk di jok paling belakang.

Kepalanya bersandar di sandaran jok bus tersebut, ia menatap keluar jendela lalu memejamkan kedua matanya dan perlahan tertidur. Ia terbangun sekitar tiga puluh menit kemudian dan ia turun di salah satu halte di Seoul. Tapi, kemana ia akan menemui ayahnya?

Mingyu menghela napasnya dan mendudukkan dirinya di halte bus, ia meraih foto dirinya dan kedua orang tuanya, lalu bangkit dan ia akan mencari ayahnya dengan foto itu, siapa tahu, ada orang yang mengenal ayahnya.






silent






Tiga hari mencari, Mingyu tak menemukan tanda-tanda keberadaan ayahnya, dan uangnya sudah tak bersisa lagi, sejak kemarin malam ia tidak makan dan malam ini, perutnya begitu sakit dan perih.

Ia berjalan di sebuah jalan di sebuah perumahan, Mingyu hanya ingat bahwa ayahnya tinggal di perumahan itu, tapi ia bertanya pada puluhan orang pun, tak ada yang mengetahuinya.

Kedua matanya terus menatap sekeliling hingga ia mendengar sebuah suara mobil yang berhenti di sampingnya, ia menoleh dan melihat dua orang pria berjas hitam keluar dari sana.

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang