1912 || private tutor (minwon)

12.2K 342 39
                                    

Brak!

"Kau benar-benar memalukan Mingyu! Bagaimana bisa kau berada di peringkat terakhir di kelasmu!" tuan Kim berseru seraya menatap tajam putranya yang hanya duduk terdiam di hadapannya. Pemuda itu tak merespons dan malah menatap ayahnya dengan malas.

Tuan Kim benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan anaknya sendiri, sudah memasuki tahun ketiga tapi nilai Mingyu masih saja di bawah rata-rata. Harapannya untuk menyekolahkan Mingyu di sekolah bisnis ternama sia-sia begitu saja.

Sedangkan nyonya besar keluarga Kim tersebut hanya terdiam, dirinya tak pernah mengomentari seberapa buruk nilai dari putranya, sudah bersyukur bahwa Mingyu masih mau melanjutkan sekolahnya.

"Ayah tidak mau tahu, kau harus masuk ke sepuluh besar saat kelulusan nanti." tegas tuan Kim.

Mingyu mengernyitkan dahinya bingung, ia berdecak kesal. "Ayah pikir aku mau melakukannya huh? Sudah aku bilang aku tidak tertarik dengan bisnis, aku akan sekolah fotografer setelah lulus." ucapnya lalu ia bangkit dari duduknya. Akan pergi tapi langkahnya terhenti karena perkataan ayahnya.

"Baik, akan ayah biayai sekolah fotografer untukmu." ucap tuan Kim, ia tidak tahu lagi harus bersikap yang bagaimana dengan putra semata wayangnya. "Tapi dengan satu syarat, kau harus mendapat peringkat pertama untuk kelulusan." lanjutnya.

Mata Mingyu membulat lebar. "Ayah! itu tidak adil!" serunya. Ia dan ayahnya sama keras kepalanya.

Tuan Kim bangkit dari duduknya. "Ayah tidak peduli, dan jika kau tidak mendapatkannya, kau harus sekolah bisnis." tegasnya lalu berjalan pergi dari ruang keluarga. Ia mengatakan hal tersebut karena tahu putranya itu tak mungkin bisa mendapat peringkat pertama untuk kelulusan nanti.

Mingyu mendengus kesal, pemuda itu menatap ibunya yang masih duduk di tempatnya. "Ibu.. bujuk ayah.." ucapnya dengan sedikit merengek.

Nyonya Kim bangkit, berjalan mendekati putranya dan menepuk pundaknya dengan pelan. "Ini satu-satunya jalan agar kau bisa sekolah fotografi di kampus yang kau inginkan." ucapnya dan pergi meninggalkan sang putra yang bertambah kesal.

Pemuda Kim itu menatap kepergian ibunya dengan wajah cemberut, lalu ia berjalan meninggalkan ruang keluarga, menaiki tangga dengan cepat dan langsung menuju kamarnya. Mingyu menghempaskan tubuhnya sendiri di atas tempat tidur.

Ia terdiam sembari menatap kosong jendela balkon yang terbuka di kamarnya, memikirkan apa yang ayahnya katakan tadi. Sebenarnya itu peluang baginya, tapi dirinya tidak tahu bagaimana caranya agar bisa mendapat peringkat pertama saat kelulusan nanti. Sedangkan dirinya selalu mendapat peringkat terbawah dari teman-temannya.

Ia kemudian bangkit, meraih ponselnya dan langsung menghubungi salah satu teman kelasnya dengan duduk bersandar headboard di ranjang tersebut. Menunggu selama beberapa saat hingga panggilan itu di terima. "Seokmin-ah.." panggilnya dengan suara yang lemas.

"Jika suaramu seperti itu, kau pasti baru saja kena marah dari kedua orang tuamu." tebak Seokmin karena sejak awal keduanya bertemu di tahun pertama, Mingyu pasti akan mengadu padanya jika ia mendapat omelan dari orang tuanya saat nilai akhir semester keluar.

Mingyu menghela napasnya dengan panjang. "Tentu saja.. apa lagi." balasnya sembari memutar bola matanya dengan malas.

"Jadi bagaimana? Apa kau akan terus di peringkat terakhir sampai lulus?" tanya pemuda Lee itu dengan sedikit candaan.

"Tidak, ayahku bilang.. aku bisa meneruskan sekolah fotografer jika aku mendapat peringkat pertama saat kelulusan nanti." jelas Mingyu, malah setelah itu, ia mendengar suara terbahak dari sahabatnya sendiri. "Kau ini!" kesal Mingyu.

Minwon 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang