_Allice Alea Kimberlly_
**
Kakinya hampir tak tahan menopang berat tubuhnya sendiri, gemetar. Bahu dan seluruh badannya gemetar. Untuk mengepalkan tangan saja susah, padahal saat ini Alea marah. Felix, pria itu benar-benar tidak bisa berubah.
"Fe ... lix ...," lirihnya, saat nama itu terucap entah mengapa kakinya semakin tak terkontrol. Seluruh darah yang menjulur terasa membeku seketika.
Bruk!
Alea terjatuh, sekuat tenaga sudah menahan, tapi tetap tidak bisa tertahan. Posisinya seperti ngesot dengan tumpuan di tangannya. "Felix ...," ucapnya sekali lagi.
Di saat pria itu sedang mengangkat tubuh Benjamin dengan cekikannya, Alea mengambil batu dengan ukuran cukup besar. Dengan tenaga yang tersisa, ia melempar asal ke arah Felix.
Tuk!
Batunya mengenai punggung atas Felix, pria dengan percikan api di sekitarnya itu perlahan membalikkan badan. Matanya yang tadi terpancar warna merah kini mulai normal kembali. Melihat gadisnya di sana menahan tangis, dengan wajah syok yang tak bisa terbohongi. "A ... lea?"
Alea menggeleng, jarinya bergerak dan menunjuk pada tubuh Benjamin. "Kau ... pembunuh ...." Suaranya kecil, hampir tak terdengar. Tetapi yang pasti, gerakan bibir Alea saat mengatakan itu benar-benar jelas.
Seketika Felix tersadar, ia sampai gelap mata melakukan ini pada Benjamin, tidak. Sudah terlambat untuk berbohong, bisa saja Alea melihat semuanya dari awal, dan ... mendengar semua pembicaraan mereka? Shit!
Felix melepaskan tangannya yang tadi mencekik Benjamin, sehingga tubuh Benjamin langsung terkapar di tanah yang sedikit terselimuti rumput. "Tidak ...." Felix berlari menghampiri Alea, membiarkan Benjamin yang entah kepalanya membentur batu besar atau tidak.
Caranya melepaskan tubuh Benjamin juga termasuk kasar.
Ketika dirinya sampai tepat di depan Alea, Felix tanpa pikir panjang mengulurkan tangannya, menarik Alea untuk berdiri. Namun, kali ini tidak ada unsur kekasaran apa pun terhadap Alea, ia melakukannya dengan benar. Hingga saat Alea mulai menopang tubuhnya kembali, yang pertama Alea lakukan adalah ....
Mendorong Felix.
Mendorongnya hingga tersungkur dengan posisi memiring.
Kali ini pun, ia tanpa ragu menendang Felix.
Ah, mungkin sangat disayangkan jika ukiran wajahnya yang tampan itu harus ia tendang, Alea memilih menendang dagu Felix.
Dan saat ini pula, Alea menendang bahu Felix hingga badannya jadi telentang.
Alea menggeleng, di wajahnya jelas terpampang raut muka kecewa. "Kau tahu? Kau seperti bukan manusia, kau melebihi devil, Felix!" racau Alea, ingin sekali saat ini ia menginjak-injak Felix sesuka dirinya, tetapi mengingat Alea masih manusia normal--tidak seperti Felix, ia mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...