23-kembali padaku

1.4K 100 2
                                    

/ Felixo Asheria Andromalius /

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ Felixo Asheria Andromalius /

*

Prang

Alea tersentak kaget, dia hanya bisa terdiam di ambang pintu sambil menundukkan kepalanya. Kakinya bergetar, tapi bersyukurlah bahwa Alea masih sanggup menopang tubuhnya.

Tangan Alea terkepal kuat, bahunya ikut berguncang. Sedikit lagi air matanya kembali basah, sekuat mati Alea menahan bulir dari sudut matanya berderai.

"Kamu sudah nampar Dad buat yang ke berapa kalinya?!" bentak Azazel. Pria itu berdiri dengan gagah dan tatapannya yang selalu menggerogoti nadi Alea. Mencengangkan.

"Kamu bolos, kamu kabur dari rumah, setelah ini kamu mau apa lagi, hah?!"

Alea menelan ludahnya dengan sulit. "Maaf," ungkap Alea ketakutan. Alea sama sekali tak menyangka orangtuanya akan langsung pulang setelah mendapat kabar dari pihak sekolah.

"Alea, satu kali lagi kamu berbuat yang tidak Dad sukai, jangan harap—"

"Alea gak mau!" potong Alea tambah takut, "Alea janji, Dad."

Azazel mulai menenangkan dirinya. Putrinya yang beranjak dewasa mulai banyak tingkah. Namun, Azazel sama sekali tak mengizinkan Alea tumbuh dengan pergaulan salah seperti kebanyakan remaja masa sekarang.

Azazel menggerakkan dagunya. "Ah, satu lagi." Matanya memicing Alea yang kini sedang menggerakan jari-jari kakinya akibat gugup. "Ponselmu."

Alea terguncang. "Rusak, Dad." Alea mencoba menjelaskan, tanpa membawa-bawa unsur nama Felix di balik hancurnya ponsel Alea. Suaranya bergetar dan Azazel sangat mengenali putrinya.

"Bagaimana pun kondisi ponselnya, kau harus beli yang baru," putus Azazel. "Nanti kuberikan satu ATM lagi padamu, jaga dengan baik, ceroboh."

Alea membuka mulutnya. "Tidak perlu, Dad," tolak Alea. "Aku tidak butuh banyak ATM seperti Dad."

"Terserah padamu. Sudah, sekarang bereskan dirimu. Kau kehujanan?"

Alea mengangkat kepalanya, mulai memberanikan diri menatap lekat hazel obsidian milik Azazel. "Iya," jawabnya.

"Minta Aunty Chessa untuk—"

Alea membulatkan matanya dengan geram. "Dad bawa Aunty itu?!" sertak Alea. Dia membuang napas kasar.

Alea menghentakkan kakinya, dia mulai berjalan melewati Azazel begitu saja. Tanpa mempedulikan pelikan sinis dari Dadnya.

"Memangnya apa urusannya denganmu?"

Alea mengguncang rambutnya, dia menaiki tangga dengan pelan tanpa berniat menemui Chessa. "Tidak ada. Kenapa tidak bawa Mom saja?" tanya Alea tak kalah sinis.

"Dad akan langsung kembali bisnis, dan kau akan di sini bersama Chessa."

Mata Alea membola, manik hitamnya seakan memenuhi matanya. Dia menggeram tak terima. "Lebih baik sendiri di rumah daripada dengan Aunty itu!"

Imaginary Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang