5O-mati sajalah kau!

476 30 29
                                    

/ Allice Alea Kimberly /

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ Allice Alea Kimberly /

**

"Felix ..., DENGARKAN AKU!"

Felix memutar kepalanya, melihat Alea dengan tatapan tajam. Napasnya berembus kencang menandakan bahwa ia sedang menahan besar dalam dirinya.

"Ke bandara sekarang." Alea menekan nada bicaranya, seperti Felix yang tidak ingin dibantah, Alea juga melakukan itu.

Felix membuat senyum miring dalam wajahnya. "Aku tidak peduli, aku tidak mau." Felix mulai membuang muka dan berniat menjalankan mobilnya kembali.

Alea yang melihat itu menahan setir mobil sekuat mungkin, satu tangannya mengusap air mata di wajahnya dengan kasar. "Felix, tolong ... penuhilah ucapanku kali ini." Alea mulai memohon.

Bunyi klakson dan kendaraan di jalanan Jakarta menjadi lebih terdengar ketika kedua insan yang dilanda amarah satu sama lain itu tengah diam. Felix membuang napas kasar, tangannya menjatuhkan tangan Alea di setir mobilnya. "Kau akan menyesal, Alea."

**

Manila, Filipina.

Alea menyunggingkan senyum lebarnya, beberapa bulan ia meninggalkan kota ini demi menyembunyikan kehamilannya. Tepatnya, ia yang bersembunyi dan menghindar dari media Filipina yang pasti akan terus mengincarnya ketika rumor Alea hamil di luar nikah mulai beredar.

Tak peduli soal itu lagi, Alea mulai teringat Azazel. Senyumnya luntur bersamaan tepukan dari Felix di bahunya.

"Siap?" tanya Felix, "kau akan butuh ini." Felix menyodorkan sebuah masker dan topi dengan warna selaras.

Alea hanya mengangguk sebagai respons untuk Felix. Ia mulai memakainya dengan lembut dan tidak terburu-buru.

Felix menggeret satu koper dan satu ransel ukuran sedang untuk ia pakai. Felix mengambil satu cardigan yang cukup untuk menenggelami tubuh Alea. "Mau pakai ini juga, tidak?" tanya Felix dengan tangannya yang memberitahukan bahwa itu cardigan.

"Ya, di sini agak dingin," balas Alea. Alasan lain, ialah menutupi perutnya yang sebenarnya belum terlihat besar, kandungan Alea masih 3 bulan. Namun, Alea sedikit khawatir dengan kondisi Manila, sebaiknya ia tetap menggunakan cardigan ini sebagai penutup perutnya juga.

Felix merangkul pinggang Alea dengan lembut, satu tangan lainnya menarik koper. Ia mulai mengajak Alea untuk berjalan menemui taksi yang sudah menunggu mereka di pintu keluar bandara. "Felix, kita ke rumahku?"

"Kau yakin? Bagaimana jika orang-orang sekitar mengenalimu dan menanyakan berbagai macam pertanyaan yang mengusik hatimu, Alea? Aku sudah memesan hotel untuk sekitar seminggu, dan jemputan kita sudah menunggu di depan."

Alea memperhatikan Felix dengan lugu saat Felix mengucap itu semua. Kepalanya terpaksa mendongak untuk melihat Felix yang melebihi tinggi dirinya. Senyum tipis Alea terbit. "Kau menjelaskannya terlalu panjang, Felix. Seperti bukan Felix saja," celetuk Alea berniat bercanda.

Imaginary Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang