65-epilog

906 37 5
                                    

"Aduh, rasa nyerinya terus terasa."

"Dasar Felix, ia bilang lelah, tetapi semalam mengapa bersemangat sekali?"

Alea menggerutu di pagi hari, belum ada satu jam ia membuka matanya di hari itu, tetapi gerutuannya pada Felix sudah terjadi panjang lebar.

Matahari kian nakal menyapa kulit mereka. tanpa balutan apa pun, tanpa sehelai benang pun. Tentu saja itu karena Felix benar-benar melakukan projek lima anaknya semalam.

"Uh, untuk menggerakan kakiku saja terasa sakitnya."

Alea membangunkan tubuhnya, duduk di atas kasur dengan Felix di sebelahnya. Tangan Felix yang besar mengunci kaki Alea, dan jika Alea sedikit saja menggerakan kakinya, Felix seolah mengencangkan pegangannya pada kaki gadisnya.

"Felix ...! Aku tau kau sangat kuat, tapi aku tidak menyangka kau akan sekuat itu, huh!"

Helaan napas Alea terdengar keras, ia berniat untuk memandangi Felix dengan sinis, tetapi saat pupilnya menyapa tubuh dan wajah Felix, pandangannya tak kuat untuk tetap sinis. Alea melemah, tatapan matanya semakin lembut seperti ia telah dihipnotis hanya dengan tubuh dan wajah Felix yang begitu mempesona.

Tak lama setelah itu, Alea tersadar. Ia segera membuang pandangan ke arah lain. "Bahaya sekali memandangi Felix, aku hampir saja tekanan jantung jika terus memandanginya."

Alea meregangkan otot-otot tubuhnya, walau terasa nyeri. Ia merasakan setelah semalam, seluruh tubuhnya kaku, bahkan jika Alea mau, ia bisa saja membunyikan seluruh tulang tulang seperti 'krek' begitu.

Mulutnya terbuka lebar saat dirinya menguap, Alea sedikit mengacak rambutnya sebelum akhirnya ia putuskan untuk turun dari ranjang. Perlahan ia pindahkan tangan besar Felis yang begitu berat bagi Alea. "Uh ..., dasar tangan gajah!"

Alea mencibir dengan memajukan bibirnya, setelah ia bebas dari tangan Felix yang menjamah kakinya, Alea pelan-pelan menggerakan kakinya untuk menatapi lantai. Namun, baru saja Alea ingin menegapkan dirinya untuk berdiri, suara serak dengan nada yang rendah itu menyapanya kembali

"Ah ... Lea ...."

Mendengernya, Alea langsung merinding. Ia membeku sekejap di tempatnya dan tak berniat untuk menoleh melihat Felix, suara Felix yang keluar begitu terdengar menakutkan.

"Fe-Felix ..., um, tidak ada huruf h di dalam namaku." Alea memilih untuk tidak langsung menjawab panggilan Felix, tapi memilih untuk mengalihkan pembicaraan dengan fokus ke namanya.

Felix melenguh, "Ah ... ya. Namamu cantik, bagus untuk diucapkan saat mendesah."

Alea membelalakan matanya, kali ini wajahnya spontan menolah ke arah Felix. "Felix ..., kau terlalu frontal mengatakannya," balas Alea

"Ah ... Lea, tidak apa, aku suka Ahlea ...."

Mendengar itu sekali lagi, membuat Alea menukikkan alisnya. Satu tangannya mengambil bantal dan memukulkannya berkali-kali ke wajah dan dada Felix.

Sedangkan Felix hanya terkekeh kecil. "Kau sangat tidak sopan pada suamimu sendiri, hahaha!"

Alea sekali lagi hanya cemberut, ia memberikan satu pukulan kencang yang terakhir kalinya ke arah wajah Felix.

"Hei!!" gertak Felix saat diberikan satu pukulan lagi dari Alea.

"Kau ini, sudah berani mengataiku, bahkan memukulku, aku akan tetap mempertimbangkan hukumannya untukmu, Alea."

"Siapa yang mengataimu? Justru kau yang mengatai namaku menjadi desahan seperti itu!" ujar Alea tak mau kalah.

Felix ikut bangun dan duduk di ranjang, ia memandangi Alea lekat-lekat. "Siapa yang bilang kalau tanganku tangan gajah? Alea, untuk mengataiku kau dapat poin satu, dan untuk memukulku poinmu menjadi dua, terakhir, kau mengelak dan tak mau kalah, poinmu jadi tiga."

Imaginary Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang