/ Felixo Asheria Andromalius /
*
Alea tertawa canggung, berusaha mencairkan suasana yang sempat membeku karena satu kalimat horor terlontar dari bibir Felix. Saking horornya, Alea merasa saat itu ada petir menyambarnya. seolah mimpi buruk yang mendatanginya tiba-tiba, pertanyaan yang sama sekali Alea hindari sekarang malah harus dia jawab.
Hingga, beberapa saat kemudian, kedua insan itu dibawa menuju alam dengan waktu yang terasa terhenti. Alea kikuk sendiri, tenggelam dalam ilusi buatan Felix. "Kau ini, perbaiki pikiranmu. Bicaranya tidak masuk akal!" Alea mendelik geli, menyembunyikan kebohongannya. Ah, tidak enak berbohong. Rasanya seperti menimpa bunga tidur yang benar-benar menganggunya.
Bagai sengatan puluhan lebah, Felix terdiam. Lintas cahaya seolah melewatinya tanpa permisi. "Kau yang benar?" tanya Felix lagi sambil duduk di pinggir ranjang.
Alea memaksakan senyumnya. Menghiraukan perutnya yang sebenarnya sudah berteriak meminta jatah. Usus-ususnya bahkan sudah berkelahi menggerayangi Alea. "K-kau pikir aku bercanda?" Alea gugup seketika.
Felix mendengus sinis. "Kau terlihat bercanda," sahut Felix. Kakinya dia angkat dan dilipat di atas lututnya yang masih bertumpu ke lantai. Untuk mengurai tawa saja sepertinya sangat sulit.
"Um, Felix sepertinya aku harus kembali ke kamarku. Perutku tak pernah bisa diajak kompromi." Alea menyengir linglung. Gerak-gerik kecilnya menambah kecurigaan Felix.
Oh ayolah, Alea bukan tipe gadis yang pintar berbohong dan mengada-ada serta pembuat alasan terbaik. Alea pikir Felix akan langsung percaya? Tentu, tidak sama sekali!
"Kau bisa makan di sini." Felix menarik alisnya satu ke atas, menggoda Alea sembari menaik-turunkannya. Seperti rima dalam gurindam yang menguraikan rasa pilu, Felix tersenyum licik di balik ini semua. Melihat Alea yang terpatung tak bergerak sedikit pun mendengar tawarannya.
Benar, Alea berdiri dengan beribu kerunyaman yang menjeda pergerakannya saat itu. "Tidak perlu Fe-Felix. Aku ada bahan makanan di rumah ...," tolak Alea. Alea menanggalkannya surai-surainya ke belakang telinga.
Felix menyikap penglihatannya dalam, mengeluarkan jurus hipnotisnya yang bisa kapan saja menginterupsi lawan bicaranya. "Tak perlu. Kau tega aku puasa di sini? Aku tidak pandai memasak," bujuk Felix.
Gadis itu-Alea memejamkan matanya dengan sangat kuat. Sampai akhirnya Alea pasrah pada waktu dan semuanya yang Felix ucapkan. Sudahlah, semoga Felix tak lagi membahas soal kandungannya.
Kelopak matanya bergerak dengan terpaksa, Alea menengok ragu pada Felix. "Satu menu saja." Alea menunduk, dan Felix mengangguk. Terik mentari yang ingin bersembunyi di ufuk kini jelas menghujam mereka berdua.
Alea menelan salivanya beberapa kali, mulai melangkah ke arah dapur di ruangan hotel Felix. "K-kau mau apa?" Sial, kenapa masih gugup?
Felix mencekam suasana dengan senyumannya yang tampak penuh dengan sarat kemenangan. "Yang ringan saja. Ini bukan jamnya untuk makan malam." Pria itu berdiri, seolah menyombongkan postur tubuhnya yang memang patut untuk disombongkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...