/ Kenneth Arthur Raymond /
*
Alea menggaruk tengkuknya, jarinya sedikit merasakan rambutnya yang panjang. Dia merentangkan kedua tangannya ke atas. Merenggangkan otot-otot di setiap sendi dalam tubuhnya.
Mulutnya terbuka lebar, matanya masih sayu, menatap dinding kamarnya yang polos. Alea mendengus mengingat kemarin dia tidak pergi bersekolah karena Felix sialan itu.
Alea menggaruk hidungnya yang terasa gatal. Baskara hari ini sangat panas, sinarnya membuat mata Alea hampir sakit, sangat silau. Alea membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali. Khas seperti orang yang sedang mengunyah sesuatu, tapi mulut Alea kosong. Mungkin, hanya untuk mengecap lidahnya pagi ini.
Alea menjatuhkan kakinya ke lantai, kemudian mulai berjalan untuk mandi. Dia membaringkan tubuhnya di bathub. Bodoh, padahal bel di sekolahnya akan berbunyi 45 menit lagi.
Dengan tenang Alea manyapu busa-busa di lengannya ke bagian dadanya. Dia juga meratakan sabun cair ke tubuhnya lalu menaruhnya kembali ke pinggir bathub.
Tangan Alea terulur untuk mengambil handuk yang tersampir di hanger yang cukup tinggi, membuat ketiak Alea yang bersih terlihat.
Alea memakai handuknya, kemudian keluar dari sana. Dia mengambil seragam sekolahnya dari lemari baju, kemudian mengenakannya. Kakinya melangkah menuju meja rias, memoles wajahnya dengan bedak bayi dengan tipis.
Dia mengambil beberapa buku untuk pelajaran hari ini, dan kembali menutup tasnya. Tangan Alea terulur untuk memakai jam tangan warna oranye yang terlihat soft jika dipadukan dengan kulitnya yang putih.
Tiba-tiba, aksa Alea melebar melihat dua jarum yang ada di jam tangannya. Wajahnya seketika panik. "Yah ... telat!!" jeritnya.
Alea dengan cepat turun ke lantai bawah, memakai sepatu putihnya dengan buru-buru lalu langsung pergi ke sekolahnya. Pagi ini guru sains yang mengajar kelas.
"Ugh, sudah ditutup?!!" teriak Alea. Dia menggaruk kepalanya dengan sebal. Kedua tangannya memukul-mukul gerbang besi sekolahnya yang cukup tinggi. Tidak mungkin jika Alea akan memanjat.
Alea menggerakan gembok besi ke arah pagar besinya, membuat suara berisik yang memekakkan telinga satpam di sekolah elit Alea.
"Pak, bukain dong! Ya? Ya?" pinta Alea dengan puppy eyes yang sedikit cemas. Alea menghempaskan napas kasar sambil menghentakkan kakinya ke tanah.
Satpam itu terlihat maju dengan langkah santai. Alea mendengus sinis. "Duh, saya telat berapa menit, sih! Pelit banget gak dibukain pintunya!!" sebal Alea menggembungkan kedua pipinya.
Saat sampai tepat di depan gerbang, satpam itu menaikkan sebelah alisnya. "15 menit, nih. Gak bisa saya buka—"
"Mau dibayar berapa biar gerbangnya dibuka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...