/ Allice Alea Kimberlly /
*
Felix menghela napasnya dengan panjang, dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Lalu tangannya dia lipat di belakang kepala. "Akhirnya ...," tukas Felix.
Benjamin masih memperhatikan Felix lekat-lekat. "Jadi itu alasanmu, kenapa kau sangat yakin Alea akan kembali padamu tanpa kauseret, kaupaksa ataupun kauancam?" tanya Benjamin masih membahas soal itu.
Felix berdecak kecil. "Sudahlah Benjie, tidaklah kau bosan terus membicarakan tentang ini?" jengah Felix. Dia membalas tatapan Benjamin dengan datar.
Benjamin melipat tangannya. "Bagaimana aku bosan jika aku masih penasaran!" pekiknya, "tujuanmu menghamili Alea untuk apa sih?!" penasaran Benjamin lagi.
Felix melempar map kecil pada Benjamin dengan kasar. "Kau ini, tinggi sekali jiwa keponya!" kesal Felix. Benjamin menutup wajahnya agar tidak terkena lemparan map dari Felix.
"Kerja sana! Cari uang, jangan terus-terusan jadi benalu di sini!" cibir Felix.
Benjamin memicing. "Aku ke sini juga berbisnis. Dengan para bawahan wanitamu," sahur Benjamin sambil nyengir.
Felix berdecih, "Cih, murahan."
Benjamin memutar bola matanya, dia menggerakkan kakinya sesuai petikan detik dari jam kecil di meja Felix. "Kenapa kau menghamili Alea?" tanyanya lagi.
Felix mendesah berat. "Tidak, sebenarnya tidak sengaja. Ah-bagaimana ya? Aku sangat emosi saat itu sampai pikiranku kemana-mana dan sangat berniat untuk menghamili Alea sebagai balasannya."
"Coba lebih spesifik, Tuan Emosian."
Felix memberikan tatapan membunuh pada Benjamin. "Dia berciuman dengan pria lain di depanku. Aku marah dan malamnya aku langsung menghamilinya begitu saja. Pikiranku saat itu ingin menjadikan Alea sepenuhnya milikku. Namun, aku baru ingat kalau aku membunuh setiap wanita yang sudah kutiduri."
Benjamin menyimak dengan baik. Penjelasan Felix yang terbilang labil menurutnya kini coba dia cerna. Felix mau menghamili Alea karena emosi ....
Namun, Felix baru ingat kalau Felix selalu membunuh setiap wanita setelah dia tiduri ....
"Jadi? Kau menghamili Alea karena emosi bukan karena benar-benar cinta kan?" simpul Benjamin.
Felix memijat pangkat hidungnya. "Bisa dibilang seperti itu, tapi setelah kupikir jika Alea benar-benar hamil ... aku tidak jadi membunuhnya."
Benjamin yang saat itu sedang mengangguk-ngangguk kini melebarkan matanya saat mendengar tidak jadi membunuhnya. Benjamin memelototi Felix dengan hunusan tajam. "Apa katamu?!"
Felix menggeleng santai. "Bayinya akan berfungsi, Benjie. Nantinya dia akan memegang perusahaan ini dan aku akan menjadi pengangguran banyak uang, menghabiskan sisa hidupku dengan kesenangan tanpa dibuat pusing soal kerjaan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...