/ Allice Alea Kimberlly /
*
"Kau sebaiknya memeriksakan dirimu ke dokter, Alea."
Alea mendengus tak suka, di melirik sinis. Tangannya mencengkeram pintu toiletnya yang berupa kaca. "Huekk!!" Alea kembali mengeluarkan kini WC duduknya sudah penuh dengan muntahannya.
"Aku pasti tidak apa-apa!" yakin Alea. Dia menekan tombol di WC kembali, lalu berbalik untuk mengambil ponsel barunya yang sedang video call dengan orangtuanya.
Azazel dengan istrinya terlihat menggeleng dalam video call. "Hentikan keras kepalamu, Alea. Mungkin kau memasukan detergen ke dalam makananmu secara tak sadar."
Alea melotot tak percaya. Dia menghentakkan kakinya dengan cepat. "Dadyy, walaupun aku bodoh, aku tidak sebodoh itu!" geramnya.
"Kau semakin berani berucap nada tinggi pada Dad," sahut Momynya menimpali.
Alea berdecak sebal, dia memajukan bibirnya dan mengeraskan urat di lehernya. "Mom, kaudengar saja sendiri Dad tadi bilang apa? Aku tidak mungkin memasukan detergen pada makananku sendiri." Alea mencuci tangannya di wastafel.
Ibunya terkekeh pelan di sana. "Kau kan ceroboh, sayang?" ledeknya, memperburuk suasana hati Alea.
"Sudah kubilang, ada baiknya kau memeriksanya ke dokter. Memangnya kau tidak lelah bolak-balik terus-menerus ke toilet untuk memuntahkan isi perutmu?"
Alea cemberut menanggapinya, dia berusaha membantah. Baru saja ingin membuka mulut Dadynya memotong lagi.
"—Atau Dad akan mengirim Chessa ke sana," ujar Azazel mutlak. Penuh peneasan.
Alea segera menoleh dengan cepat, dia memandang layar video call nya dengan nanar. "Dad ...! Berhenti mengancamku soal Aunty," rengek Alea.
"Itu semua agar kita bisa ambil tindakan pertama jika sudah tahu alasan kau terus mual seperti ini."
Alea meninggalkan ponselnya dengan malas. Dia berjalan keluar dari toilet menghiraukannya video callnya yang masih tersambung. Anak semacam Alea memang selalu minta untuk dimarahi, syukur dia menjadi anak semata wayangnya sehingga Azazel selalu memperhatikannya.
Alea duduk di lantai sambil menekuk lututnya dan menunggu panggilan dengan Dad dan Momnya berakhir. Mereka pasti akan sebal dan mengakhiri video callnya karena mereka pikir Alea meninggalkan ponselnya begitu saja.
Beberapa saya kemudian, terdengar suara bahwa Azazel telah mematikan sambungan videonya. Alea bersorak dalam hati, di mengayunkan tangannya sambil menggumam, "Yes!"
Dengan semangat Alea mengambil ponselnya kembali, dia memainkan raut wajahnya, menebak Azazel pasti kali ini sedang dalam umpatannya.
Alea berjalan menuju sofanya, dia memainkan ponselnya kembali. Alea sampai lupa kalau ini akhir pekan, tapi Alea memutuskan untuk tetap di rumah untuk beristirahat. Rasanya jiwa kemalasannya kini menguasai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...