/ Felixo Asheria Andromalius /
**
Felix memandang jahannam ke arah Alea yang tengah menundukkan kepalanya dengan muram. "Aku berangkat," pamit Felix, suaranya terdengar datar tidak seperti pamitan kebanyakan orang. "Kalau ada apa-apa hubungi aku," ucap Felix lagi.
Alea menggenggam ponselnya seberat mungkin, matanya terpejam sampai dia mendengar suara langkah kaki dari Felix yang kian menjauh. Setelahnya Alea mengangkat tangan, menyalakan layar ponselnya dan membaca pesan dari orangtuanya.
read
Papa :
Kalau ada apa-apa hubungi papa.Alea menghela napas berat, kemudian membalikkan tubuhnya. "Kalau ada apa-apa ...," gumam Alea sendiri. Dia memilih untuk berjalan perlahan. Tatapannya masih ke bawah, melihat lantai yang entah mengapa tetap bersih walaupun banyak orang yang memijakkan sepatunya di sini. "Tidak perlu hubungi siapa-siapa."
Alea tengah di lorong hotelnya, ups, sekaligus hotel yang Felix gunakan di Indonesia juga. Azazel belum mengizinkan Alea untuk kembali ke Filipina, keadaan di sana malah menjadi semakin panas.
Dan Alea semakin ingin membuang isi perutnya. Ralat, isi dari rahimnya.
Semalaman Alea memikirkan kenapa Felix sangat membingungkan. Auranya terkadang gelap, menakutkan. Terkadang pula hangat, menenangkan. Namun, satu yang Alea yakin, seburuk-buruknya seseorang pasti orang itu punya sisi baik juga. Walau sekecil biji semangka sekalipun.
Alea kembali memeras otaknya, semuanya harus cepat dipikirkan. Mumpung Felix dan Azazel tidak ada di sampingnya, Alea bisa berbuat sesuka hati. Sebenarnya pikiran untuk menggugurkan bayinya masih terbesit dalam otak Alea.
Namun, pikirkan lagi betapa Felix menginginkan janin tersebut. Karena Felix yang sangat menginginkan dan membutuhkan janin tersebut, maka Alea yakin Felix tak akan berani membunuhnya seperti wanita lain. Lagi pula, jika memang Felix selalu membunuh wanita yang sudah selesai dia gunakan, kenapa Allin masih hidup sampai sekarang?
Alea mulai menyingkirkan ucapan Allin kala itu, tangannya mulai bergerak menekan tombol untuk membuka pintunya, dengan password. Benar, fasilitasnya cukup memadai. Alea masuk dan kembali menutup pintunya.
Dia berjala lamban, sampai di depan meja kecil tangannya meraih remote TV. Dia naik ke atas ranjang lalu menekan tombol power untuk menyalakan televisinya.
Sontak secara tiba-tiba, Alea terkaget. Matanya mengedip cepat dan tubuhnya tersentak. Kenapa bisa film yang tengah ditayangkan saat ini tentang pembunuhan?
Alea meringis kecil, "Aw, shh, itu pasti sakit." Alea mengerutkan dahinya, menerka-nerka bagaimana jika dia yang mengalaminya.
Dalam film di televisi Alea, ada dua orang pria yang tengah menguliti seorang gadis. Tampaknya gadis kecil itu tak berdaya, memperihatinkan. "Hey, apa yang kaulakukan sampai bertemu dua orang pria tak berperasaan itu?" tanya Alea lagi, sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...