/ Kenneth Arthur Raymond /
*
Alea menelan salivanya dengan sulit, rahangnya terasa kaku. Napasnya yang tercekat, berusaha dia normalkan. Beberapa saat lalu, dia mendapat sedikit bentakan dari BK. Ah, dugaannya benar.
Bahkan, Alea mendapat SP (surat peringatan). Hey, Alea terlihat seperti bukan murid baik-baik. Dia berjalan linglung, syukurlah dia dimarahi jam mata pelajaran terakhir, sehingga Alea bisa langsung pulang.
Soal Kenneth, dia belum bersekolah. Oh kasian sekali, akibat Felix dia menjadi terkapar di rumah sakit. Pasti lukanya sangat merepotkan.
Alea menghela berat. "Aku jenguk Kenneth saja ya?" Dia berjalan sambil memakai cardigan hitam yang sengaja dia bawa. Sampai akhirnya Alea mencopot dasi abu-abunya dan memasuki bus.
"Lagi pula ini satu jurusan dengan rumah sakit itu," gumam Alea lagi. Dia meyakinkan dirinya untuk menjenguk Kenneth dahulu sebelum sampai ke rumahnya.
Saat busnya sampai di depan gerbang rumah sakit, Alea bersyukur. Tepat sekali, menjadikan Alea tidak perlu berjalan dari halte ke rumah sakit. "Terima kasih," ucapnya ramah.
Alea melangkah, memasuki lift dan mencari ruangan Kenneth. Sebelum memasukinya Alea memilih untuk ke toilet, merapikan rambutnya dan sedikit memoles bibirnya dengan lipbalm kemudian menaburkan wajahnya dengan bedak tipis.
Dirasa penampilannya sudah cukup oke, Alea memasukkan kembali barang-barangnya ke dalam tas. Tak lupa merapikan seragamnya. Kakinya melangkah kecil.
Saat dirinya sudah berdiri di depan pintu rawat Kenneth, Alea mengintip dari celah pintu. Sepetinya ramai sekali, Alea jadi tidak enak untuk mengganggu.
Namun, tanpa sadar Alea mendorong pintu itu hingga lama-lama pintunya terbuka. Alea linglung sendiri, kini dia harus memakan malu.
"H—hai?" sapanya canggung. Alea memaksakan senyumnya, dalam hati dia mengumpat karena ceroboh.
Kenneth yang menyadari, segera mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. "Oh, Alea. Ke sini!" suruh Kenneth.
Alea masih canggung, tapi tak lama ada seorang ibu paruh baya yang menghampirinya. "Namamu Alea?" tanya ibu itu dengan suara lembut.
Alea melebarkan senyum canggungnya. "I—iya," gugup Alea.
Ibu itu mengangguk paham. "Kenneth sudah hampir pulih. Thank you sudah menjenguk." Ibu itu mengelus puncak kepala Alea, lalu sedikit mengacak rambutnya.
"Ken, Ibu akan menebus obat dahulu," pamit ibu itu lalu berjalan ke luar meninggalkan Alea yang masih berdiri di dekat ambang pintu.
Sekarang, hanya ada Alea dan Kenneth. Mereka tampak masih berdiam diri, ah pertemuan mereka saat itu membuat Alea malu. Saat Kenneth yang tiba-tiba mencium bibirnya.
Gerakan tangan Kenneth yang menyuruh Alea untuk mendekat kini Alea jalankan. Dia mulai melangkah ragu dan duduk di kursi sebelah tempat tidur Kenneth.
Telinga Alea menangkap suara pintu yang terbuka, Alea segera menoleh ke belakang. Alisnya terput jelas, tak suka melihat objek yang baru saja dia tangkap. Seorang perempuan yang ke luar dari kamar mandi.
"Aku tidak menyangka kau akan ke sini pada waktu yang tepat," ungkap Kenneth.
Alea menoleh pada Kenneth lagi. Namun, dia tak membalas ucapan Kenneth. Alea malah fokus pada wanita itu.
"Siapa kamu?" tanyanya tanpa dosa.
Alea mendengus. "Kalau mau ajak kenalan yang sopan dong!" celoteh Alea menimpali perempuan itu.
Kenneth terkekeh, dia mengacak rambut Alea sama seperti apa yang dilakukan oleh ibunya. "Ini tunangan aku, kenalin," balas Kenneth dengan sisa kekehannya.
Alea tersentak, "Ah?" Dia semakin melirik sinis pada wanita itu.
"Jasmine."
Alea menumpuk bahu Kenneth dengan sebal. "Kau tak pernah bilang kau punya tunangan padaku!" marah Alea.
Kenneth memiringkan kepalanya, dia menaikkan satu alisnya. "Memang, orang tuaku yang tiba-tiba mengenalkannya lalu menjadikannya tunanganku."
"Dan kau terima begitu saja?!"
"I—iya ...," ragu Felix. "Lagi pula ini pilihan Ibuku, aku percaya padanya."
Alea menghentakkan kakinya dengan keras. "Kau menerima orang asing sebagai tunanganmu?!" tak terima Alea.
Jasmine terkekeh mendengar balasan Alea. Dia mencubit pipi Alea dengan gemas. "Kami itu teman masa kecil, bukan orang asing," jelasnya lembut.
Alea berdecak. "Kau menyebalkan, Kenneth! Kau sama sekali tak pernah bilang kau punya teman masa kecil secantik dirinya!!" gertak Alea dengan emosi. Tentu, Alea merasa tersaingi. Secara Jasmine terlihat seperti orang barat dan sifatnya anggun. Jauh dari sifat Alea yang masih kekanak-kanakan.
*
Alea memakan kimchi buatannya dengan tidak bernafsu. Rasa ingin memukul Kenneth saat ini benar-benar di ambang batas normal. Bagaimana bisa Kenneth tiba-tiba bertunangan? Apalagi kondisinya yang masih seperti itu.
Hancur sudah harapan Alea untuk mengambil Kenneth. Dia menggeram kesal. "Kenapa harus Jasmine?! Kenapa harus wanita itu?!!" sebalnya. "Kalau si Jasmine jelek sih aku berani tetap maju!!"
"Tapi si Jasmine itu kelihatan perfect banget." Alea melempar sendoknya ke piring dengan tak begitu keras. "Arghhh!!" Alea berdecak beberapa kali. Perutnya merasa kenyang padahal baru beberapa suap dia makan kimchinya.
Tanpa pikir dua kali, Alea membuang sisanya. Ah, ini kebiasaan Alea. Membuang makanan, tinggal di rumah sendiri menjadikan Alea melakukan semuanya sesuka hati. Ini juga alasan Alea memilih untuk tidak satu rumah dengan keluarga besar Kim.
Alea berjalan untuk menghempaskan dirinya di ranjang, tapi belum sampai di kamar Alea merasa sesuatu dari perutnya ingin dikeluarkan. Alea berlari menuju toilet, lalu memuntahkan isi makanannya ke WC. "Ah, damn it! Aku—huekkk!!"
Alea jijik sendiri melihat muntahannya yang berwarna kehijauan. "Tidak mungkin aku meracuni diriku sendiri," pikirnya. Alea menekan tombol di WC agar muntahannya hanyut bersama air di sana.
"Pasti kekenyangan," gumamnya. Alea merasa pusing seketika. "Ah karena Jasmine aku sampai kepikiran begini." Alea berjalan gontai menuju kamarnya. Dia menarik selimut sampai batas ke lehernya.
"Aduhh, si Jasmine tidak keluar-keluar dari pikiranku!!" ringisannya, kepalanya semakin pening. "Ada apa sih? Tidak biasanya aku muntah dan pusing seperti ini!"
Alea memegangi kepalanya, dia melirik ke samping lalu menarik laci di nakasnya untuk mengambil obat pereda nyeri kepala. Tanpa pikir panjang Alea meneguknya bersama segelas air yang selalu siap di nakas tidrunya. "Semoga Jasmine pergi dari pikiranku," racau Alea masih menyalahkan Jasmine.
Hingga pada akhirnya, Alea berusaha memejamkan matanya, menarik gulingnya untuk dipeluk dan terjun ke alam mimpi.
Padahal, itu semua bukan karena Jasmine.
Itu semua bukan kekenyangan.
Alea akan merasakan morning sickness besok pagi.
Dan, beberapa hari selanjutnya Alea akan terus menghadapi rasa mualnya.
Itu semuanya normal, bukan tidak biasa Alea muntah. Itu normal, karena Alea mengandung. Tentu, benih berkualitas milik Felix sudah hidup dalam rahim Alea.
Kalian bisa pastikan, dugaan Felix tentang 'Alea akan kembali padaku tanpa kuseret, kupaksa, ataupun kuancam' itu segera terkabul.
Alea akan kembali padanya untuk meminta pertanggungjawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...