3O-tanyakan intinya

1.1K 78 29
                                    

/ Allice Alea Kimberlly /

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ Allice Alea Kimberlly /

*

Felix menarik dasinya dengan gusar, sosok jangkung yang angkuh itu melangkah dengan tiap-tiap hentakan keras. Atmosfer sekitar yang tadinya sejuk mulai terkikis menjadi dingin, seolah mencekik padahal tak ada apa-apa.

Itu semua karena Felix, aura Felix dan semuanya tentang Felix. Rasanya lega, menyudahi rapat murahannya dan kini dia akan menuju hotelnya. Satu kancing paling atasnya Felix buka, agar lehernya mendapat sedikit pasokan oksigen.

Kakinya meluncur masuk ke dalam mobil, bahkan Frisya dia tinggalkan begitu saja di ruangan. Entah apa dan entah mengapa, Felix tak sabar ingin memulai aksinya yang hampir hancur karena Alea tiba-tiba pergi bukannya menghampiri.

Dengan tancapan gas yang kuat, mobilnya melaju cepat. Mengabaikan setiap orang-orang Indonesia yang menunjukan stereotipnya yang norak. Salah satu hal yang membuat Felix tak begitu nyaman di Indonesia.

Sepersekian detik berlalu, membuat hening berlama-lama dalam mobil Felix. Hanya deruan napas Felix yang terdengar oleh telinga dan sedikit suara-suara mesin mobilnya. Sampai akhirnya Felix menggeram serak, "Argh, damn it!" Felix menghunus tajam ke depan.

Matanya yang bagai mata elang kini meneliti setiap sudut jalanan. Benar, bukan Jakarta namanya jika tidak macet, rasanya Felix ingin menendang semua mobil itu yang menghalangi jalannya. Sialan.

Kubu tanpa suara kini menghilang, menyisakan erangan emosi Felix. Tangannya memukul stir mencoba setengah hati meredam amarah. Kemudian dia membanting kepala belakangnya ke sandaran mobil.

"Berapa lama lagi?!" Cukup, sudah. Felix mengeluarkan sisi ketusnya. Bukan jutek, tapi ketus. Felix berbeda.

Hingga akhirnya ia menyelesaikan semuanya dengan girang. Jalannya mulai lengah dan tanpa buang waktu Felix melajukan mobilnya, menyalip dengan tak sopan dan menghiraukan keselamatan.

Raffles Suite, hotel di Jakarta yang terkenal akan kemewahannya. Tak perlu diragukan, kalian bisa lihat dari kisaran harga yang ditawarkan di hotel ini. Namun, jika memang ada yang lebih mewah tentu Felix takkan memilih hotel ini.

Dengan cepat kakinya bergerak, melukis langkah panjang dari sosoknya yang tinggi. Hingga di aula lobi, entah darimana mereka mengetahui kasta Felix bukan rendahan. Terlihat saat orang-orang di sana menciut seperti bunga yang menguncup di senja hari. Tanpa sadar mereka ada yang menunduk tak berani menatap keangkuhan Felix.

Felix berdecih dalam hati, jika saja Indonesia tak dikenal sebagai salah satu negara dengan kesopanan yang tinggi, tak segan-segan Felix meludah di sini. Matanya melirik sinis ke arah lain, setidaknya hal lain lebih sedap dipandang.

Tangannya menekan nomor lantainya, Felix suka lantai atas, seperti seleranya yang tinggi pula.

"Sebelah sini."

Imaginary Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang