/ Felixo Asheria Andromalius /
*
Bagaskara menyerobot masuk lewat jendela yang kordennya baru saja digeser. Membuat bayang-bayang yang memberi kesan aesthetic di kamar gadis yang ranjangnya diisi dua orang berbeda gender itu.
Secerah mentari pagi itu, secerah itu juga hati Felix. Dia menatap Alea yang masih berpetualang dalam alam mimpi.
Napas Felix berembus kencang merasakan angin yang keluar dari AC yang terasa dingin. Jari-jari kakinya bergerak merasakan lantainya yang ikut dingin.
Tentu pemandangan pagi yang sangat indah bagi Felix, lekukan wajah Alea yang damai saat tidur, justru membuat Felix terangsang. Felix menyibak selimut yang dipakai Alea sampai terjatuh dari ranjang. Dia memeluk gadisnya, mengganti kehangatan selimut dengan dekapannya.
Felix mengusap pipi Alea yang halus tanpa celah, senyum kecil pun terbit di wajahnya. Beberapa kali Felix menelan salivanya karena matanya melirik ke leher jenjang Alea yang terekspos jelas. Bola matanya terus turun, menelusuri dada Alea yang bergerak ke atas dan ke bawah sesuai ritme napasnya. Lagi, Felix hanya bisa menjilat bibirnya yang kering.
Tatapan mata Felix seakan menelanjangi Alea, bibirnya seakan mendamba kulit Alea yang halus putih bersih bagai nirmala. Ingin sekali Felix meraup dan memasukkan bibir mungil Alea ke dalam bibirnya dan saling bergulat lidah, tapi Felix masih menahannya.
"Pagi, darling!" sapa Felix sat menyadari Alea yang mulai bergerak gelisah. Perlahan mata Alea terbuka, mungkin suara serak Felix yang mendukung Alea untuk bangun.
Alea berdeham, lalu mengerutkan keningnya. Matanya masih menyipit untuk menyesuaikan dengan penerangan di kamarnya.
"Felix!" Saat mata Alea terbuka sepenuhnya, dia terkejut menyadari jaraknya dengan Felix sangat dekat, bisa saja hidung Felix yang mancung menyentuh wajahnya.
Bulu kuduk Alea meremang merasakan ada lilitan di pinggangnya yang semakin kencang.
Felix tersenyum miring melihat Alea terkejut dengan perlakuannya. Dengan sengaja, Felix semakin menarik pinggang Alea agar jaraknya semakin terpangkas. Dan benar, bayangan paling buruk Alea saat itu terjadi, hidung Felix menelusuri setiap lekukan wajahnya.
"Awas!" sergah Alea. Dia mencoba bangun, tapi tangan Felix di pinggangnya terus menekannya membuat Alea tak bisa bangun. "Felix aku harus sekolah," ucap Alea berusaha menjauhkan wajahnya dari Felix yang tengah menyentuh rahang bawahnya.
"Aku tau."
Alea membuang napas kesal.
"Di sini dulu sebentar, aku masih nyaman," elak Felix, kini satu tangannya mendorong tengkuk Alea agar kembali mendekat padanya.
Alea mendengus, lalu memutar kepalanya ke arah lain, bukan ke arah Felix.
Felix berdeham serak. "Lihat aku, Alea," pinta Felix, kini tangannya kembali memegang pipi Alea dan mengubah wajahnya Alea menjadi menghadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...