/ Allice Alea Kimberlly /
**
Felix menepuk pundak Axel cukup kuat, lalu mencengkeramnya membuat Axel tersentak kaget. Axel cepat-cepat menepis tangan Felix dari bahunya sambil mendorong tubuh jangkung itu agar menjauh darinya. "Kau ini apa-apaan sih?!" marah Axel.
Felix menggeleng. "Besok ikutlah denganku, aku bisa kembalikan kerja samamu dengan Azazel." Felix berucap yakin, sampai Axel menukikkan alisnya membuat keyakinan Felix sedikit kabur. "Semoga saja," lanjut Felix.
Axel menggaruk belakang telinganya, melirik ke arah Felix yang sekarang tengah mengambil kertas koran di sudut ruangan. "Kenapa kau mau membantuku? Kukira kau akan mengejekku setelah tahu bahwa aku hampir bangkrut dan berselingkuh," oceh Axel, mulai tak percaya dengan perkataan Felix barusan.
Felix menghela berat, maniknya berjalan lambat sampai akhirnya bertemu dengan pandangan Axel. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan juga dengan Azazel," balas Felix.
Axel mengedikkan bahunya. "Terserah saja. Kau yang bayar semua biayanya," acuh Axel sambil tersenyum kecil meledek.
Felix menoleh dengan cepat. "Sialan!" umpatnya.
Pria pemilik perusahaan Stanley itu hanya terkekeh kecil. "Jangan begitulah kawan, kau tahu aku habis terkena musibah. Haram hukumnya tidak membantu teman yang kesusahan," ujar Axel sok bijak.
Felix memutar bola matanya jengah. "Sejak kapan kau temanku?!" ungkap Felix yang tiba-tiba mem-blacklist Axel dari list temannya.
Axel mengetuk-ngetuk mejanya, kemudian membuang arah wajahnya ke sudut ruangan. "Ah, kalau membantu jangan setengah-setengah, sepertinya AC di ruanganku sudah cukup kotor, bisa tolong panggilkan cleaning service?" pinta Axel yang malah melunjak.
Felix mengembuskan napasnya dengan segala emosi. "Kubunuh kau jika sekali lagi semena-mena!" teriak Felix tak ingin direndahkan. Bagaimana bisa kawannya itu menyuruh dirinya memanggil tukang bersih-bersih?!
Sepatu Felix menggesek lantai, melangkah menuju pintu dan membukanya. "Aku pergi, pulanglah nanti malam lalu meminta maaf pada istrimu," pesan Felix sebelum dia menutup pintu dan pergi.
Dapat Felix tebak pasti Axel tengah mengacak rambutnya, mengumpat dan berdecih menyebutkan namanya. Sekali-sekali Felix bisa dijadikan orang bijak.
Felix membuang napasnya dengan lega, memasuki mobilnya dan menuju bengkel yang siang tadi dia titip mobil Axel untuk diperbaiki.
Dimana kalian bisa temukan teman sebaik Felix?! Memperbaiki mobil Axel, membiayai semua kepergian mereka ke Filipina, dan lagi, Axel malah menyuruhnya untuk sekalian memanggil cleaning service, tidak ada akhlak manusia bernama Axel itu.
Kini, Felix keluar dari mobilnya. Cukup puas dengan hasil dari pak tua teknisi pinggir jalan ini. Felix menggeleng bangga, senyumnya yang menimbulkan kesan manis terlihat jelas. "Oh, you did very well!" puji Felix sambil menepuk bahu pria tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imaginary Devil (END)
RomanceCerita Felix - Alea [15+] ❝ Kau melebihi iblis, Felix. Hentikan ini! Or I'll be g o n e f o r e v e r ❞ ** some chapters are locked, pls follow to unlock ** "Kau adalah batas antara rutinitas dan realitas." "Semua dunia tentangmu, itu milikku!" ...