Tangan besar itu menggenggam erat sebuket bunga anggrek putih berpita merah muda dengan gemetar. Seolah-olah dia sedang memegang sebuah belati. Si pemilik tangan itu berdiri di gerbang sekolah. Netranya menatap tajam lurus pada seorang laki-laki berbalut setelan jas hitam dari yang sedang berselfie-ria untuk mengabadikan momen kelulusan mereka. Surainya yang kecokelatan itu memantul lucu setiap kali dia bertingkah heboh setelah melihat hasil selfie-nya.
Dengan langkah tegap dan berani, laki-laki bernetra tajam ini menghampiri laki-laki bersurai cokelat itu.
"Ehm, Sunbae," panggilnya tegas begitu dia dekat dengan orang yang menjadi alasan dia datang ke sekolah.
Laki-laki bersurai cokelat menoleh ke sumber suara, bibirnya mengukir senyum saat pandangan mereka bertemu. "Ruto-kun~ kau datang? Wah, Sunbae senang sekali Ruto ada di sini! Sunbae pikir Ruto tidak akan menemui Sunbae."
Laki-laki bernama lengkap Haruto itu tidak menjawab. Dia justru menyodorkan buket anggrek putih di tangannya dengan kasar tepat ke muka Junkyu. "Berisik."
Junkyu hampir saja jatuh ke belakang, namun untungnya dia berhasil mempertahankan keseimbangannya. Dia memeluk buket bunga dari Haruto dengan erat. "Ruto-kun~ bunganya cantik sekali, te—mmpphh?!"
Ucapan Junkyu terpotong. Sebuah benda yang kenyal dan basah tiba-tiba membungkam mulutnya dengan cepat tanpa sempat Junkyu menghindar.
Kedua tangan Haruto menangkup wajah babyface Junkyu dengan cepat, membuatnya mendongak padanya.
Sepasang mata Junkyu membelalak lebar menatap mata Haruto yang tertutup rapat, hingga hanya terlihat bulu matanya yang lentik dan dinaungi alis tebal yang sedikit menukik ke bawah.
Tidak ada lumatan atau apapun. Haruto hanya menempelkan bibirnya selama beberapa detik yang membuat jantung berdebar-debar tidak karuan. Ada sesuatu di perutnya yang tiba-tiba membuatnya merasa mulas, darahnya berdesir-desir tidak nyaman.
Namun, rasanya begitu menyenangkan.
Junkyu pun tak kalah berdebarnya. Rasanya waktu seolah berhenti hanya untuknya dan Haruto. Tanpa sadar Junkyu hanyut dalam ciuman Haruto. Tangannya yang menganggur perlahan merambati kain pakaian yang dikenakan Haruto, menggenggamnya dengan kuat seolah dia takkan pernah melepaskannya.
Namun, saat Junkyu mulai terbawa, Haruto tiba-tiba menyudahi ciuman mereka. Seolah kesadarannya kembali, Haruto mendorong Junkyu dan melepaskan laki-laki itu.
Junkyu mundur selangkah, hampir saja dia jatuh jika dia tidak segera mendapatkan kesadarannya. Sepasang matanya menatap haruto dengan tatapan penuh tanda tanya. "Ruto-kun?"
Haruto tidak menjawab. Dia berjalan mundur selangkah demia selangkah dengan raut muka yang sulit dibaca, kemudian beranjak pergi dari riuhnya suasana kelulusan.
"Gua ngapain, anjir!" Haruto mengelap bibirnya dengan tangan kanan. Kakinya melangkah lebar dan cepat menuju ke area luar sekolah. "Najis."
"Haruto! Haruto!" Suara seseorang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Berangsur semakin keras
Tanpa berbalik pun Haruto tahu Junkyu mengejarnya. Namun dia tak menggubrisnya. Dia tetap melangkah cepat-cepat ke tempat R25-nya terparkir.
"Haruto mau kemana?" tegur Junkyu dari belakang Haruto.
"Anjir!" Haruto refleks membalikkan badan.
Junkyu berdiri dengan memegang lutut di belakangnya. Senyumnya merekah meski dia terengah-engah mengejarnya. Membuat dada Haruto berdebar. Darahnya berdesir tidak nyaman. Perutnya semakin mules.
"Gue mau pulang," jawab Haruto datar seperti biasa.
"Haruto, Sunbae ingin bertanya sebentaaaarr saja, ya, ya?" Junkyu memohon-mohon, tangan kanannya meraih pergelangan tangan Haruto.
"Gak mau!" Haruto menghempaskan tangannya dengan kasar. Dengan cepat dia menaiki R25-nya dan menyalakan mesinnya. "Minggir kalo gak mau gue tabrak, anjing!"
Junkyu memegangi tangan kanannya yang ditepis oleh Haruto. Rasanya begitu panas dan sedikit perih. "Sunbae hanya mau tanya, kenapa Haruto mencium Sunbae tadi? Sebelumnya kan, kita tidak pernah berciuman?"
"Gak tau." Haruto memakai helm-nya. "Tiba-tiba aja gue pengen. Karena lo tau, kan, lo cuma wadah gue. Jadi wajar, kan, kalo gue mau jatah selalu ke elo?"
Junkyu tersenyum semakin lebar. "Haruto, apa Haruto menyukai Sunbae?"
"Udah gue bilang gue kepingin, bangsat!" Haruto mendorong kasar bahu Junkyu hingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke belakang. "Gue gak butuh alasan untuk melakukan apa pun yang gue mau?! Dan kenapa lo ngikutin gue?! Gue gak suka diganggu! Ngerti bahasa manusia nggak, sih?"
Setelah berkata demikian, Haruto kembali membenahi posisi helm-nya dan mengendarai R25-nya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Junkyu yang masih terduduk di tanah.
Sepasang netra Junkyu menatap kepergian Haruto yang semakin menjauh hingga hilang dari pandangan. Tidak lama berselang, tiba-tiba Junkyu menjerit.
"Aaakkhhh! Gemes banget! Haru-kun kalo lagi mode tsundere gemesin banget!" Junkyu jingkrak-jingkrak sendirian di tempat parkir, tidak segan berjoget sendirian disana. Tidak menyadari akan kehadiran seseorang di balik dinding gedung. Menontoni kebodohannya.
"Kasian, mana masih muda lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter || HaruKyu Treasure [ END ]
FanfictionTentang Kim Junkyu dan bayi besar yang bukan sembarang bayi besar