Akarui pikir Haruto akan menunjukkan ekspresi kesenangan saat beliau menyampaikan kepergiannya secara mendadak mulai hari ini sampai beberapa bulan ke depan. Beliau akan kembali ke Jepang-lebih tepatnya Fukuoka-untuk mengurus perusahaannya yang ada disana. Yang berarti Haruto akan lepas dari pengawasannya selama itu.
Haruto saat ini sedang tidak fokus dan linglung di tengah hiruk pikuknya bandara di jam kerja. Entah sudah berapa kali Akarui memergokinya tengah menatap kosong pada sepatunya.
Takut ilang kayaknya, makanya diliatin mulu. Tapi kan sepatunya dipake? Gimana bisa ilang?
Ah, sudahlah.
"Kamu baik-baik saja Haruto-ya?" Untuk kesekian kalinya Tuan Akarui menyadarkan Haruto.
"Oh, eh, tentu saja, Otousan," jawab Haruto spontan dengan senyum terkembang.
"Daritadi kamu melamun terus, ada yang kamu pikirkan?" tanya Akarui. Mendadak tidak tega meninggalkan Haruto di Korea sendirian jika anaknya ini dalam kondisi seperti tengah menanggung beban hidup.
Haruto terdiam. Pikirannya menjawab, "Gue mikir kalo gue udah bikin kesalahan besar ke orang yang salah.".
"Cuma mikirin ujian," jawab Haruto sekenanya. "Jangan khawatir. Aku belajar dengan rajin dan akan mendapat peringkat terbaik."
Akarui tersenyum tipis. Kemudian menepuk pundak putra tunggalnya dengan sorot mata bangga. "Otousan percaya sama kamu."
Haruto tersenyum simpul.
Tidak lama kemudian, terdengar panggilan untuk penumpang pesawat tujuan Jepang. Itu pesawat yang akan membawa Akarui ke Negeri Matahari Terbit.
"Hati-hati, Otousan. Kuharap masalah disana cepat teratasi. Jaga kesehatan Otousan dan cepatlah kembali dengan selamat," ujar Haruto.
"Otousan harap begitu juga. Kamu juga, jaga kesehatanmu juga dan belajarlah yang rajin."
Ayah dan anak itu kembali berpelukan singkat. Setelah itu, barulah Akarui segera pergi memasuki gerbang keberangkatan dengan menyeret sebuah koper besar.
Haruto melambai singkat ketika ayahnya berbalik sebentar untuk melihatnya, sebelum akhirnya menghilang dari pandangannya.
"Hahh..." Haruto menghela nafas gusar. "Ayo, seneng dikit aja. Seenggaknya Otousan gak tahu ini, kan?"
Pikirannya sangat kacau semenjak dia menemukan kembali buku harian itu juga fakta terbesar dalam hidupnya. Bahwa ibunya adalah ibu Junkyu juga. Yang artinya mereka sebenarnya adalah saudara tapi beda ayah.
"Mau ngomong gimana gue nanti kalo okaasan udah gue temuin? Gue udah perkosa kakak tiri gue gitu?" Haruto mengacak pelan surainya. "Auto dibunuh pasti."
Sebelum dia semakin menggila di bandara, buru-buru Haruto keluar. Pulang dulu untuk menenangkan diri sebelum memikirkan harus bagaimana ke depannya. "Semoga aja dia nggak hamil. Eh, cowok kan gabisa hamil? Haish, gue mikir apa sih? バカ. 私はとても愚かです."
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter || HaruKyu Treasure [ END ]
Fiksi PenggemarTentang Kim Junkyu dan bayi besar yang bukan sembarang bayi besar