BAB 41

408 55 0
                                    

"Tuan Muda, apa tidak apa-apa jika tidak memberitahu dulu keluarga Anda disana? Mereka pasti terkejut jika Anda pulang tanpa memberi kabar dan tiba-tiba begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan Muda, apa tidak apa-apa jika tidak memberitahu dulu keluarga Anda disana? Mereka pasti terkejut jika Anda pulang tanpa memberi kabar dan tiba-tiba begini."

Haruto menggeleng. "Tidak apa-apa, Nona Kang. Anda tidak perlu khawatir."

Seulgi mengangguk ragu, tapi memilih mengiyakan saja perintah tuan mudanya dan menggenggam secarik kertas berisikan sebuah alamat.

Hari ini, Haruto akan mengirim sejumlah barang di rumahnya ke Jepang. Dia sendiri akan berangkat setelah barang-barangnya selesai dikirim untuk membereskan beberapa hal lain.

Pikirnya, jika dia pulang duluan bersama barang-barangnya, dia pasti harus akan menghadapi perdebatan dengan Noa dulu dan Haruto malas sekali jika disuruh adu bacot dengan kakak sepupunya itu. Ponselnya saja dia matikan.

Tapi jika barang-barangnya saja yang datang, Noa takkan punya pilihan lain selain memasukkan saja semuanya ke dalam rumah lama Watanabe. Tidak mungkin juga rasanya dia biarkan barang-barang sepupunya berada diluar.

Kalo dicolongin kan gak lucu gitu.

Barang yang Haruto kirim rata-rata adalah barang yang sekiranya paling penting dan bisa dibawa. Yang tidak, akan dia lelang berapapun harganya atau dibuang. Nanti di Jepang dia bisa membeli yang baru.

Dasar orang kaya.

Selain pindah rumah, Haruto juga sudah mempersiapkan surat izin drop out untuk dikirim ke SMA Treasure. Tentunya, dia meminta Seulgi lagi untuk menjadi walinya.

Sebenarnya wanita bermarga Kang itu sedikit khawatir dengan keputusan tuan mudanya. Tapi karena Haruto bersikeras, Seulgi iyakan saja daripada makin panjang urusannya.

"Urusan rumah sama sekolah, beres." Haruto mendudukkan diri di sofa ruang tamu setelah kepergian Seulgi. "Urusan sama Junkyu-Sunbae juga udah beres."

Pikiran Haruto menerawang. Mengingat apa yang dia lakukan saat hari kelulusan Junkyu kemarin.

Ciuman itu... ciuman pertamanya! Itu pun dengan kakaknya sendiri!

Baka. Gue ngapain juga kayak gitu?

Tapi Haruto tidak munafik, dia menikmati manisnya bibir kecil Junkyu. Dia juga menyukainya.

Selama mereka berhubungan seks dulu, Haruto tidak pernah mencium Junkyu karena terburu-buru dan terlalu kesal pada laki-laki manis yang hanya bisa menangis dibawah kungkungannya itu.

"Argh! Persetan dengan Okaasan ataupun Junkyu-hyung, semuanya udah kacau." Haruto mengacak surai gelapnya. Namun kemudian, matanya berkaca-kaca.

Haruto mendudukkan diri. Memeluk lututnya sendiri dan terisak dibaliknya.

"Maaf, maafin gue, hyung... hiks... please, kalo ketemu sama Okaasan, jangan ngadu ke Okaasan ya, hyung... gue takut... hiks..."

Permintaan maaf pertama Haruto untuk Junkyu yang paling merendah. Namun sayangnya tidak akan tersampaikan.

Babysitter || HaruKyu Treasure [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang