Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Terima kasih atas kerja keras kamu selama ini, Junkyu-ya. Dan mulai hari ini kamu dibebaskan dari tugas sebagai ketua PSHD lagi atau pun kakak asuh Haruto. Saya akan mengambil kembali dia. Kamu jangan khawatir kalau tugasmu ini belum selesai. Karena saya akan urus sisanya."
Junkyu menatap tidak rela pada lawan bicaranya. Mukanya sudah persis emak kucing yang gak terima anaknya dibagi-bagikan kayak bansos.
Jika Junkyu pahami lebih cermat, ucapan Jisoo tadi seperti menyiratkan kalau dia sudah tahu percakapannya dengan kepsek beberapa minggu yang lalu. Tentang dia yang menolak turun dari posisinya demi Haruto.
Sekarang Junkyu tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Hanya bisa pasrah saja karena kali ini dia tidak bisa mengelak lagi karena ujian kelulusan tinggal menghitung minggu.
"Nee, ssaem. Saya mengerti." Junkyu mengangguk dengan sedikit lesu saat mengingatnya. Jisoo menangkap ekspresi itu.
"Kamu sedih?" Jisoo melipat tangan di meja dan mencondongkan tubuh ke depan. Raut mukanya menunjukkan simpati.
"Sedikit." Junkyu membuat gestur sedikit dengan ibu jari dan telunjuknya. "Sudah banyak yang saya lewati dengan Haruto. Rasanya gak percaya aja kalau itu harus berakhir sekarang."
Jangan sampai Yoshi dengar ini. Dia pasti akan mencemooh Junkyu sebagai drama queen versi 2-nya Hyunsuk.
"Ohh... jadi ini alasan kenapa dulu waktu Pak Kepsek yang saranin kamu turun dari posisi ketua, kamu malah nolak?" Jisoo tersenyum geli.
Nah kan, dia tahu. Junkyu tersenyum penuh arti. Tidak ingin menjelaskan secara detail apa alasannya yang lain.
"Sudah saya duga sih, kamu bakalan naksir padanya. Itu terlihat dari cara kamu melihatnya saat pertama kali ketemu dulu," ujar Jisoo lagi.
Ah iya, mata adalah jendela hati. Ditambah lagi Jisoo ini guru konseling, pasti paham hal-hal yang berkaitan dengan psikologis.
"Wajar banget, apalagi Haruto itu ganteng. Visualnya gak manusiawi. Kalo saya masih jomblo, saya juga mau jadi pacarnya, hehe," sambung Jisoo, memelankan kalimat terakhirnya. "Tapi sayangnya dia hobi banget menguji kesabaran."
Muka Junkyu bersemu merah.
"Namun saya harap kamu tidak egois, Junkyu-ya." Kali ini Jisoo serius. "Cinta di masa sekolah itu memang indah, apalagi buat remaja-remaja kayak kamu. Tapi kalau itu sampai harus mengusik konsentrasi belajarmu, itu tidak baik."
"Kamu masih muda, jalan kamu masih panjang. Di masa depan nanti masih ada banyak yang harus kamu lakukan. Seperti kuliah, bekerja, main dengan teman-teman, pokoknya banyak sekali sebelum kamu memutuskan untuk menjalin komitmen sehidup semati dengan seseorang."
Pipi Junkyu semakin memerah. Hell, justru itulah yang Junkyu harapkan terjadi di masa depannya... dengan Haruto tentunya.
"Yah... pokoknya begitulah." Jisoo kembali ke topik utama. "Saya ingin kamu fokus belajar sekarang. Jangan khawatir soal Haruto dan... tentunya kamu masih bisa bertemu dengannya seperti biasa. Saat hari kelulusan nanti, saya akan meminta Haruto untuk datang khusus buat kamu."