Frustasinya Ardi

9 1 0
                                    

Pagi itu di sekolah, Fadlan disambut hangat oleh teman-temannya, dia disambut seperti seseorang yang baru kembali selepas memenangkan sebuah perlombaan. Tak lupa, Nisa salah satu penggemar berat Fadlan mengalungkan sebuah rangkaian bunga di lehernya dan yang lainnya pun menaburkan serpihan bunga ke arah Fadlan layaknya seperti di film Bollywood. Cinta dan teman-temannya yang melihat hal tersebut hanya bisa tertawa.

"Wah, hebat juga si Fadlan ya, dia bukan artis tapi punya banyak penggemar!" kata Kevin.

"Iya, ya dan penggemarnya juga antusias banget, kalah-kalah artis papan atas, enak juga kalau jadi dia." tambah Nadila.

"Dimana nanti kalau dia jadi artis ya, aku yakin pasti Fadlan akan susah banget buat pergi kemana-mana, karna selalu dikerumuni oleh para fansnya." sambung Rania.

"Aku heran, kok Fadlan punya banyak penggemar gitu ya, kalau dilihat-lihat aku kan juga gak kalah ganteng dari Fadlan."
Semuanya pun melihat ke arah Kevin, Ferdi langsung menepuk pundak Kevin.

"Denger ya, Kevin! Ganteng aja gak cukup kalau tanpa etika yang baik. Lagian kalau mereka lihat Fadlan cuma dari gantengnya aja, masih banyak kok siswa disini yang gak kalah ganteng dari Fadlan. Tapi Fadlan itu berbeda, dia itu bukan hanya sempurna dari segi fisik, tapi sikapnya juga baik." kata Ferdi yang mulai berbicara bijak.

"Betul tuh, emang kamu yang doyannya telat mulu." cetus Mila.

"Eeee enak aja, itukan dulu, biarlah yang lalu itu berlalu. Aku kan sekarang udah mau berubah, dan aku sekarang juga jarang telat!" kata Kevin yang sedikit tidak terima dengan ucapan Mila, sebab dia sekarang sudah mulai berubah.

"Ya udahlah, gak usah dibahas lagi, lagian kita semua itu punya kekurangan dan kelebihan, jadi saling menghargai saja." ucap Susan. Mereka pun mendekat ke arah Fadlan, nampak Fadlan yang sedikit malu dengan penyambutan itu.

"Mmm, teman-teman, terimakasih banyak ya atas penyambutan kalian, tapi lain kali gak usah repot-repot ya." kata Fadlan.

"Gak repot kok, Kak Fadlan, kami semua juga senang melakukan semua ini untuk kak Fadlan. Lagian apa sih yang gak buat kak Fadlan." jawab Nisa dengan tersipu malu, yang lainnya pun menyorakinya sehingga Nisa sedikit cemberut.

"Apaan sih kalian, kalo iri bilang boss!" cetus Nisa.

"Nisa, terimakasih banyak atas semuanya, tapi kalau boleh lain kali gak usah kaya gini lagi ya, soalnya agak terlalu berlebihan, aku kurang suka." tutur Fadlan dengan sopan, semuanya pun jadi tertawa mendengar perkataan Fadlan.

"Tuh denger kata Fadlan, lain kali gak usah penyambutan kayak gini, soalnya ini itu terlalu alay." kata Kevin.

"Iiii, Kak Kevin apaan sih? Lagian kak Fadlan gak pernah tuh bilang alay."

"Ya gak mungkinlah Fadlan bilang alay langsung ke kamu, dia kan orangnya gak tegaan, tapi dia itu pakai istilah yang lebih halus. Lagian semua orang juga tahu, kalau berlebihan itu maksudnya sama dengan alay." jelas Kevin, mereka semua pun tertawa, Rania langsung menyenggol tangan Kevin, karna dia takut kalau perkataan Kevin tadi dapat menyingung perasaan adik kelasnya itu. Kevin pun langsung paham dan meminta maaf kepada Nisa, sebab wajah Fadlan pun terlihat tidak enak dengan perkataannya.

Tiba-tiba Pak Main datang menghampiri mereka dengan wajah yang serius, pak Main langsung memanggil Fadlan dan menyuruh Fadlan ikut ke ruangannya. Cinta dan teman-temannya terlihat tegang, begitupun dengan Nisa dan yang lainnya. Sebab mereka takut kalau Pak Main marah kepada Fadlan karna kehebohan yang terjadi pagi-pagi di sekolah. Fadlan dengan wajah tenang melepas kalung dilehernya dan mengembalikannya kepada Nisa, dia pun berjalan mengikuti pak Main dari belakang.

Sesampainya di ruangan pak Main, Fadlan langsung dipersilahkan duduk, wajah pak Main yang nampak serius membuat Fadlan merasa dag-dig-dug, dia sudah berpikir kalau pak Main pasti akan memarahinya. Namun tiba-tiba saja pak Main bertepuk tangan sambil tersenyum.

About Fadlan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang