Hampa

15 2 0
                                    

Hari demi hari telah berganti, Fadlan terus saja menutup dirinya dari teman-temannya, dia lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya, kadang dia hanya duduk di balkon rumahnya sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Namun yang tak pernah Fadlan sadari, Cinta selalu memperhatikannya, bahkan dia sering mengantarkan makanan ke kamar Fadlan saat Fadlan berada di kamar mandi. Fadlan tidak pernah tahu kalau Cinta selama ini selalu datang ke rumahnya, orang tua Fadlan pun mendukung tindakan Cinta dan berharap agar Fadlan mau membuka dirinya lagi kepada dunia luar.

Pagi itu, Robert dan Ferdi bertamu ke rumah Fadlan. Mereka berdua terkejut saat melihat Cinta berada disana.

" Cinta, kamu disini juga?" tanya Ferdi.

"Husst, jangan sampai Fadlan dengar kalau aku ada disini." jawab Cinta.

Robert dan Ferdi pun menutup mulut mereka.

" Kalian mau bertemu Fadlan kan, dia ada di kamarnya."

" Baiklah, kalau begitu kami akan temui Fadlan dulu." kata Robert, mereka berdua lalu naik ke kamarnya Fadlan.

Sesampainya di depan pintu kamar Fadlan, mereka berdua bertemu dengan ibunya Fadlan yang baru saja keluar dari kamar Fadlan. Robert dan Ferdi pun langsung salim kepada ibunya Fadlan.

" Kalian mau bertemu Fadlan kan, tunggu sebentar yah, tante kasih tau dia dulu, karna biasanya dia menolak jika ada yang ingin bertemu dengannya, tante takut dia mengusir kalian."

Robert dan Ferdi pun hanya mengangguk, dalam hati sebenarnya mereka berdua prihatin terhadap keadaan Fadlan yang sangat mengisolasi dirinya sendiri.

" Nak, ada Robert dan Ferdi di luar, mereka ingin bertemu denganmu, izinkan mereka masuk yah, bagaimana pun juga mereka berdua adalah sahabatmu." ujar ibunya, Fadlan pun menatap dengan wajah yang datar, namun dia pun mengangguk.

Ibunya lalu memanggil Robert dan Ferdi kemudian mempersilahkan mereka berdua untuk masuk. Fadlan  nampak tersenyum saat mendengar Robert menyapanya.

" Apa kabar, Fadlan, sulit sekali untuk menemuimu sekarang." kata Robert.

Ferdi sedikit menyiku tangan Robert, karna takut Fadlan akan tersinggung.

" Maaf yah, tapi saat ini aku hanya merasa ingin sendiri." jawab Fadlan.

Ferdi lalu menepuk pundak Fadlan.

" Bro, kami tahu apa yang kamu rasakan saat ini, tapi mengunci dirimu terus-terusan seperti ini tidaklah baik. Kamu tidak bisa terus-terusan berada dalam kegelapan." kata Ardi.

" Lalu aku harus apa? Kalaupun aku keluar itu sama saja, karna yang kulihat hanyalah gelap. Mau seterang apapun tempatku berada, namun duniaku tetaplah gelap."

Ferdi dan Robert menghela nafas mereka, mereka berdua tahu yang saat ini Fadlan butuhkan bukanlah motivasi, tetapi kepastian sebab dia berada dalam perasaan yang hampa.

"Okelah kalau gitu, sekarang lebih baik kita makan saja, aku bawakan kamu ayam geprek, kamu pasti senang kan. Aku ada bawa banyak ini, kita makan sama-sama yah." kata Robert.

Ferdi pun mengambil piring kosong di meja Fadlan, mereka bertiga lalu makan bersama. Cinta melihat mereka dari balik pintu, perasaan Cinta sedikit lega karna setidaknya Fadlan mulai mau bertemu orang lain.  Namun yang tak terduga, tiba-tiba saja Bik Ijah menabrak Cinta sehingga air yang dibawanya tumpah mengenai baju Cinta.

" Ya ampun, maaf non Cinta bibik tidak sengaja."

Cinta mengisyaratkan bik Ijah untuk tidak menyebut namanya karna takut Fadlan akan mengetahui keberadaannya. Tetapi rupanya Fadlan mendengar kata-kata bik Ijah, sehingga ekspresi wajah Fadlan pun menjadi marah.

About Fadlan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang