Menjadi Lebih Baik

11 1 0
                                    

Hari demi hari telah berlalu, ujian kelulusan sekolah sudah semakin dekat. Ardi yang kini masih berada dalam penjara, mulai semakin giat belajar, sebab sekarang Ardi sudah mulai berdamai dengan keadaannya, dia sudah semakin sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Ayahnya dan Ferdi juga selalu datang membesuknya di penjara. Ferdi dengan sabar menjelaskan apa yang telah dia pelajari di kelas, Ardi pun mencatat hal-hal penting yang disampaikan Ferdi. Ardi kini terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya. Kini Ardi nampak begitu serius belajar meskipun berada dalam penjara. Ardi juga tak pernah mencari masalah dengan tahanan lain, meskipun kadang dia mendapat ejekan.

Hari itu tanpa di duga, Cinta datang membesuk Ardi, Ardi pun sangat bahagia melihatnya. Sehingga saat duduk dihadapan Cinta, Ardi tak mampu berkata apa-apa.

"Oh ya, kamu apa kabarnya?" tanya Cinta, Ardi yang heran hanya menatap Cinta dengan tatapan penuh kelembutan.

"Kamu kenapa? Emang ada yang salah ya?"  tanya Cinta yang merasa aneh. Ardi pun menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Aku merasa senang saja, karena ini pertama kalinya kamu menanyakan tentang kabarku." jawab Ardi. Cinta pun terdiam mendengar perkataan Ardi karena dia sadar kalau selama ini dia tidak pernah merespon kebaikan yang dilakukan oleh Ardi.

"Maafkan aku ya, Ardi, kalau selama ini aku tidak pernah menghargai semua kebaikanmu dan aku juga tidak pernah menghargai perasaanmu. Aku sekarang sadar, kalau perasaanmu itu benar-benar nyata, tapi aku minta maaf kalau aku belum bisa membalas semua yang kamu rasakan saat ini." lirih Cinta.

"Tidak apa-apa kok, Cinta, aku paham kalau mencintaimu itu butuh kesabaran dan cinta itu tidak bisa dipaksakan ( terdiam sejenak). Mm soal yang waktu itu, aku benar-benar minta maaf ya, karena aku hampir hilang kendali dan aku hampir menghancurkanmu. Aku bersyukur sekali karena Fadlan bisa datang tepat waktu dan juga bisa menghentikan rencana gilaku. Sebab kalau tidak, aku pasti akan menyesal seumur hidup karna telah menghancurkan hidup orang yang sangat aku cintai." kata Ardi penuh dengan penyesalan, Cinta hanya tersenyum padanya dengan raut wajah  tulus tanpa ada kemarahan sedikitpun.

" Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu tak perlu kamu ingat lagi."

"Apa kamu membenciku?"

"Tidak, aku sama sekali tidak pernah membencimu, tapi aku justru mau minta maaf, karena gara-gara aku kamu menjadi seperti ini."

"Kamu tidak salah, Cinta, tapi akulah yang terlalu berlebihan dan terlalu berambisi ingin memilikimu. Aku selalu berpikir bahwa dengan uang aku bisa mendapatkan segalanya, tapi setelah aku bertemu kamu, aku menjadi sadar bahwa tidak selamanya uang bisa membeli segalanya."

Cinta tersenyum mendengar perkataan Ardi dia terlihat senang karena sekarang Ardi menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

" Cinta, apakah aku boleh bertanya padamu?"
Cinta pun mengangguk pelan.

"Apakah kamu menyukai Fadlan?" tanya Ardi ragu. Cinta terdiam sejenak.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ingin tahu saja, dan kalaupun benar kamu dan Fadlan ada hubungan spesial, aku sudah tidak masalah lagi. Karna aku sadar, Fadlan adalah laki-laki yang begitu baik dan dia begitu pantas untukmu. Bagiku sekarang, yang terpenting adalah kebahagiaanmu, jika memang kamu bahagia bersama Fadlan, maka aku juga akan ikut bahagia untukmu."

Cinta hanya tersenyum mendengar perkataan Ardi, dari mata Ardi terpancar sebuah ketulusan yang mendalam. Cinta bisa merasakan bahwa Ardi memang benar-benar tulus kepadanya, namun sayangnya Cinta tidak pernah bisa membalas rasa itu.

" Aku dan Fadlan hanyalah berteman biasa, kami tidak ada hubungan apa-apa. Antara aku dan dia tidak ada yang spesial." jawab Cinta tegas, Ardi pun tersenyum mendengar jawaban Cinta. Namun tanpa disadari, Fadlan juga mendengar perkataan Cinta, Fadlan sebenarnya juga ingin menjenguk Ardi, namun karna melihat Cinta disana, dia tidak jadi masuk. Apalagi setelah mendengar percakapan Ardi dan Cinta, Fadlan langsung terdiam murung, dia pun memutuskan untuk pergi tanpa ingin mendengarkan percakapan selanjutnya.

"Namun tidak dapat ku pungkiri, bahwa aku merasa nyaman jika berada di dekat Fadlan." lanjutnya.

"Lalu?" tanya Ardi yang ingin mengetahui kejelasan perasaan Cinta.

"Aku tidak tahu, apakah ini rasa suka atau bukan, namun yang kutahu aku hanya nyaman bersamanya." jelas Cinta.

"Itu tandanya kamu menyukainya, Cinta, hanya saja kamu belum bisa menyadari tentang perasaanmu yang sebenarnya." batin Ardi yang tiba-tiba membisu.

"Kamu kenapa, Ardi, apakah ada yang salah dengan perkataanku?" tanya Cinta ketika melihat Ardi yang tiba-tiba diam tanpa kata, Ardi hanya geleng-geleng kepala sambil menyembunyikan rasa hampanya. Lalu petugas polisi pun datang menjemput Ardi, dan memberi tahu mereka, kalau jam besuk sudah habis. Cinta pun pamit pergi kepada Ardi, sedangkan Ardi langsung dibawa kembali ke dalam sel.

Di jalan, Susan dan Ferdi tidak sengaja melihat Fadlan berdiri di pinggir Jembatan Samota, Ferdi pun menghentikan mobilnya, kemudian mereka berdua menyapa Fadlan yang seperti sedang melamun.

"Fadlan, kamu sedang apa disini?" tanya Susan, Fadlan yang menyadari Ferdi dan Susan menghampirinya langsung tersadar dari lamunannya.

"Kamu melamun ya? Emang kamu sedang pikirin apa?" tanya Ferdi lagi.

"Nggak ada kok, aku cuma sedang lihat orang-orang di bawah sana." jawab Fadlan Sambil menunjuk ke arah Taman Lembi yang ada di bawahnya.

"Memangnya mereka kenapa?" tanya Ferdi lagi.

"Aku melihat mereka seperti bahagia sekali, mereka seolah-olah tidak memiliki beban dalam hidupnya." jawab Fadlan, Ferdi dan Susan saling berpandangan.

"Bro, ada apa sih? Apa kamu punya masalah? Kalau kamu memang punya masalah, kamu bisa cerita ke kami, siapa tahu kami bisa bantu. Kita kan sekarang sahabat." kata Ferdi mencoba mencari tahu masalah yang yang sedang dihadapi Fadlan.

" Iya Fadlan, Ferdi benar kalau kamu memang punya masalah kamu bisa cerita kok ke kami, dan kami pasti siap mendengarkan semua keluh kesah mu." tambah Susan, Fadlan tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

" Terima kasih ya karna kalian telah menjadi teman yang baik bagiku, tapi aku beneran tidak apa-apa kok. Aku hanya senang saja melihat orang-orang dari atas sini." tegas Fadlan, Ferdi dan Susan pun merasa lega karna Fadlan baik-baik saja, kemudian keduanya pamit untuk pergi ke beranda Bali menjemput ayahnya Ardi. Ferdi dan Susan memang sedang menjalin hubungan, bahkan keduanya telah sepakat untuk bertunangan setelah selesai ujian akhir, dan keluarga mereka pun juga telah setuju jika mereka melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi.

"Kalian tidak akan mampu membantuku, karna ini adalah masalah hati. Cukup aku saja yang memendamnya." batin Fadlan sambil melihat mobil Ferdi dan Susan yang mulai hilang di tikungan jalan.

"Aku harus tenang, aku tidak boleh memikirkan hal yang lain. Dua hari lagi ujian akhir, Aku harus benar-benar fokus supaya pikiranku tidak terbagi ke hal-hal yang membuatku lemah." kata Fadlan menyemangati dirinya, dia pun lalu mengendarai motornya pergi dari sana dan pulang ke rumah tanpa memperlihatkan beban dihatinya.

###

About Fadlan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang