Di Hujat

16 2 0
                                    

Fania membawa Fadlan jalan-jalan disekitar rumah sakit, dia menggandeng kakaknya secara perlahan. Fania mencoba membuat lelucon supaya Fadlan tertawa, namun Fadlan sediktpun tidak tertawa, wajahnya hanya terlihat datar tanpa ekspresi. Fania menghela nafas panjangnya, dia tahu bahwa kakaknya sedang tidak baik-baik saja.

" Aku gak nyangka kalau kakak akan mengusir mereka seperti itu, kata-kata kasar kak Fadlan benar-benar membuatku berpikir, apakah kak Fadlan yang sekarang sama dengan kak Fadlan yang dulu."

Fadlan hanya terdiam mendengar perkataan Fania, dia pun lalu melepas tangan Fania dan meraba-raba untuk mencari tempat duduk, meskipun buta, namun Fadlan masih mengingat dimana letak kursi-kursi yang ada di rumah sakit itu. Fadlan lalu duduk tanpa merespon apapun.

" Kak, aku tahu mungkin perasaan kak Fadlan sekarang sedang hancur karna mengetahui semuanya, tapi kak Fadlan juga tidak boleh  melampiaskan semua kekecewaan kak Fadlan kepada teman-teman kakak, mereka selama ini selalu perduli sama kakak. Meskipun mereka telah sukses, tapi mereka sama sekali tidak pernah melupakan kakak." ujar Fania.

" Aku tahu itu." jawab Fadlan.

" Kalau kak Fadlan tahu semua itu, lalu kenapa kak Fadlan mengusir mereka?, kenapa kak Fadlan berkata sangat kasar kepada mereka?"

" Karna aku tidak ingin menjadi beban mereka, sebaiknya mereka membenciku."

kata-kata Fadlan lantas membuat Fania sedih. Kemudian datanglah seorang perawat yang meminta Fania untuk menebus obat Fadlan di apotik, Fania pun meminta Fadlan untuk menunggunya sebentar. Di saat Fania pergi, terlihat Ardi, Ferdi, Robert, dan Kevin berada di belakang Fadlan. Namun tiba-tiba saja, terdengar beberapa orang yang menghina Fadlan.

" Itu Fadlan kan, pelukis yang dulu sangat terkenal dan memenangkan penghargaan di London?" kata seorang laki-laki yang duduk bersama teman-temannya di kursi seberang.

" Iya, dia Fadlan. Dulu dia sangat terkenal, bahkan aku dulu sangat mengidolakannya, karna dia itu multitalenta, tapi kok sekarang dia jadi kayak gini sih, malu-maluin aja." sahut yang lain

" Aku dengar dia itu sudah koma selama 3 tahun, udah gitu sekarang bangun-bangun dia malah buta, nyusahin banget kan." sambung yang lainnya lagi.

" Ih gak berguna banget sih, rumah sakit ini juga mau-maunya nampung dia selama 3 tahun."

" Itu karna orang tuanya banyak uang, coba kalau dia miskin, pasti para dokter juga gak mau buang-buang waktu untuk merawatnya, 3 tahun koma ditambah dengan keadaannya yang buta, betul-betul gak ada gunanya dia hidup."

Fadlan yang mendengar cemoohan itu hanya diam, sedangkan Ardi, Robert, Ferdi dan Kevin langsung meghampiri mereka dengan wajah marah.

" Maksud kalian apa ngomong kayak gitu, kalian pikir kalian siapa hah?" ujar Ferdi.

Mereka pun sangat terkejut karna dihampiri oleh Ferdi .

"Ka ka kamu Ferdi Samudra kan, youtuber yang terkenal itu?" kata perempuan muda diantara mereka

" Hah, masak? Berarti yang ini teman-temannya yang milliarder itu" sambung yang lainnya.

Mereka pun terlihat takut, namun salah seorang pemuda dari mereka yang merupakan anak dari seorang penjabat langsung berdiri dan menantang mereka.

"Kenapa, gak suka? Emang kenyataannya kalau sahabat kalian itu gak berguna, sudah koma 3 tahun terus buta lagi, cuma jadi beban negara aja tau gak." kata pemuda itu dengan sombong.

Ardi lalu memperhatikan kartu tanda mahasiswa pemuda itu.

" Oh, jadi kamu seorang mahasiswa, tapi kok gak punya otak yah." ujar Ardi kemudian menjatuhkan kartu mahasiswa pemuda itu ke lantai dan menginjaknya, pemuda itu pun terlihat sangat marah.

About Fadlan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang