Penantian

18 2 0
                                    

Cinta menatapi Fadlan yang masih terbaring di ranjang rumah sakit, denyutan jantun yang terhubung dengan alat penopang hidupnya masih terdengar. Terlihat luka-luka goresan dan memar di wajahnya mulai pulih, di pikiran Cinta selalu terbayang raut wajah ceria Fadlan saat bertemu dengannya.

" Fadlan, hari ini aku harus kembali ke London. Sebenarnya sangat berat meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Tapi aku janji, aku akan berusaha lulus dengan cepat dan menjadi dokter yang hebat, setelah itu aku akan kembali menemui mu. Tapi, jika kamu membuka matamu sekarang, maka aku gak jadi pergi, aku akan temani kamu sampai sembuh." Kata Cinta pelan, namun Fadlan sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, matanya masih tertutup rapat, hanya terdengar suara detakan jantungnya.

" Fadlan, coba kamu lihat, aku memakai cincin yang telah kamu persiapkan untuk melamarku, cincinnya sangat indah dan pas pula di tanganku, kamu benar-benar memilih yang terbaik untukku, dan aku sangat menyukainya. Aku dengar, cincin ini adalah cincin DR yang kamu pesan saat di China, cincin yang hanya bisa dibeli oleh pria sekali dalam seumur hidupnya. Cincin yang melambangkan kesetiaan dan keabadian cinta, mencintai satu orang sampai akhir hayat. Kamu benar-benar mengagumkan, Fadlan. Wajar jika banyak gadis yang jatuh cinta padamu, dan aku sangat beruntung karna hatimu memilihku. Untuk itu aku mohon, bangunlah Fadlan, buka matamu katakan padaku kalau kamu mencintaiku, aku mohon bangunlah, hihi... " lirih Cinta, air matanya pun mengalir tanpa diminta.

Kesedihan dan penyesalan yang Cinta rasakan terlalu menyiksanya. Batinnya sakit jika mengingat kalau selama ini Fadlan telah menyimpan rasa terlalu dalam padanya, dan Cinta menyadari hal itu namun tidak menghiraukannya. Cinta menangis sesegukan di lengan Fadlan, dia masih berharap kalau Fadlan akan bangun. Namun semuanya hanya ada di hayalannya, realita sungguh menyakitkan.

Robert dan Nichole pun masuk menemui Cinta.

" Cinta, ayo kita pergi!" ajak Nichole

" Beri aku waktu 5 menit lagi." pinta Cinta

" Cinta, kita sudah tidak punya waktu lagi, kita harus ke Bandara sekarang!" ujar Robert.

Cinta pun mengangguk dan melepaskan lengan baju Fadlan yang telah basah oleh air matanya.

" Fadlan, kami akan kembali ke London, aku harap kamu cepat sadar." kata Robert.

" Fadlan, terimakasih karna kamu telah menjadi salah satu cerita yang indah dalam hidupku, kamu memang luar biasa dan kekagumanku tidak pernah berhenti untukmu, tapi sekarang cinta yang kamu pendam telah terbalaskan, dan aku tidak punya kesempatan lagi untuk berjuang." tambah Nichole, Robert pun merangkul Nichole dan tersenyum padanya.

" You are extraordinary!" bisik Robert padanya.
( Kamu luar biasa!)

" You too." balas Nichole
( Kamu juga)

" Aku pamit ya, Fadlan. Assalamualaikum. " kata Cinta.

Cinta, Robert, dan Nichole pun akhirnya keluar dari ruangan Fadlan. Di luar terlihat tante Rika, ibunya Cinta, Fania, dan orang tua Fadlan telah menunggu. Ibunya Fadlan pun membelai kepala Cinta lalu memeluknya.

" Yang sabar, Anakku." kata ibunya Fadlan. Cinta hanya mengangguk sambil membalas pelukan ibunya Fadlan.

" Ini udah hari ke-10 kak Fadlan koma, aku harap kak Fadlan secepatnya sadar, aku sangat takut kehilangannya." ucap Fania sambil menyeka air matanya.

" Kita berdoa saja, semoga Allah memberikan kesembuhan untuk kakakmu." kata ayahnya mencoba menguatkan Fania, karna ayahnya tau sejak kecil Fania memang selalu bersama Fadlan dan Fadlan telah menjaga Fania dengan baik, jadi wajar jika Fania sangat menyayangi kakaknya.

Lalu Cinta, Robert, dan Nicole pun diantar ke bandara. Sesampai di bandara, mereka juga bertemu dengan Ardi dan yang lainnya. Rupanya hari ini Ardi dan Ferdi akan kembali ke Jerman, sedangkan Kevin akan kembali ke Jakarta. Rania dan Sofia akan kembali ke Surabaya, kemudian Mila akan kembali ke Bandung. Sementara Nadila yang kuliah di Mataram hanya ikut mengantar kepergian mereka semua.

About Fadlan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang