Panas

10 1 0
                                    

Ketika sampai di rumah, Fadlan dan teman-temannya disambut hangat oleh keluarganya Fadlan. Ternyata keluarga besar Fadlan telah berkumpul untuk menyambut kebebasan Fadlan, bahkan keluarga Fadlan yang dari luar kota pun pada berdatangan.

"Wah, kayaknya ini langsung acara syukuran deh." kata Ferdi kepada yang lainnya.

"Nggak apa-apalah, kebetulan perutku juga sudah lapar." timpal Kevin sambil cengengesan.

"Ayo-ayo silahkan masuk, jangan berdiri di luar terus, anggap saja rumah sendiri, Fadlan ajak teman-temanmu masuk!" kata ayahnya Fadlan, mereka semua pun langsung masuk dan dipersilahkan duduk di meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Fadlan dan Fania kemudian bersalaman dengan paman dan bibinya yang datang dari Mataram. Setelah itu mereka makan bersama, ayah dan ibunya Fadlan merasa sangat senang karna ini pertama kalinya banyak teman-teman Fadlan yang datang ke rumah, bukan karna Fadlan tidak punya teman, hanya saja sikapnya yang pendiam dan tertutup membuat teman-temannya malu dengannya.

"Kalian sering-sering ya datang kesini, nanti tante buatkan makanan yang enak-enak." kata ibunya Fadlan dengan ramah.

"Tenang saja, Tante, kami pasti akan sering datang kesini, yang penting pintunya tetap terbuka." canda Ferdi sambil tersenyum

"Ferdi, apaan sih. Om, tante, kami semua minta maaf karna kami telah memperlakukan Fadlan tidak baik kemarin, kami semua sadar kalau kami telah salah. Namun sekarang kami janji, kami tidak akan pernah meninggalkan Fadlan." kata Cinta, matanya pun berkaca-kaca, Sofia langsung menggenggam tangan Cinta, dia tahu kalau Cinta masih merasa bersalah kepada Fadlan. Ibunya Fadlan pun terharu mendengar perkataan Cinta begitupun dengan Fadlan.

"Ada kehangatan yang kurasakan saat Cinta mengucapkan kalimat itu." batin Fadlan.

"Terimakasih ya, Cinta, terimakasih semuanya karna telah mau menjadi sahabatku." ucap Fadlan pelan, Kevin dan Ferdi yang ada disebelah Fadlan langsung merangkul bahu Fadlan.

"Justru kami yang bangga karna bisa menjadi sahabatmu, Fadlan. Kamu adalah sosok yang baik dan kuat, kamu juga tidak pernah dendam dengan apa yang kami lakukan, kini aku benar-benar merasa beruntung karna bisa bersahabat lagi dengamu." kata Ferdi yang mengingat kalau dulu mereka berdua pernah menjadi sahabat baik. Siang itu mereka semua benar-benar terlihat bahagia, sebab semua kesenggangan di antara mereka sudah tidak ada lagi, dan persahabatan hangat telah dimulai.

"Oh ya, mumpung besok hari minggu, kita lari pagi bareng yuk!" ajak Nadila.

"Aku setuju, soalnya aku jarang banget olahraga jadi badanku agak sering sakit." sahut Mila.

"Ya udah, besok kita semua lari pagi bareng, oke!" tambah Susan.

"Oke!" sahut semuanya, lalu mereka pun lanjut makan.

Setelah selesai makan, nampak Cinta dan teman-temannya membantu ibunya Fadlan mengangkat piring ke dapur lalu mencucinya, sedangkan Fadlan, Ferdi, dan Kevin mereka membersihkan meja makan. Sebenarnya ibunya Fadlan melarang mereka untuk mengerjakan pekerjaan itu sebab ada pembantu, namun mereka malah senang melakukannya karna jarang-jarang mereka melakukannya bersama. Setelah semua pekerjaan selesai, mereka semua pun pamit pulang karna hari telah menjelang sore.

###
Keesokan paginya, nampak Fadlan telah berada di jalan depan sekolahnya, kebetulan sekolahnya berhadapan dengan kantor Bupati Sumbawa. Fadlan telah menunggu yang lainnya disana, namun mereka belum tiba juga. Tak beberapa lama kemudian, Cinta datang, Fadlan merasa senang karena dia pikir Cinta datang dengan yang lainnya, namun ternyata Cinta sendirian. Cinta pun menghampiri Fadlan.

"Mana yang lain, Fadlan?" tanya Cinta.

"Aku sendiri tidak tahu, aku pikir mereka datang bersamamu." jawab Fadlan.

"Kebiasaan deh mereka, padahal janjinya jam setengah 7 sudah jalan, tapi ini udah hampir jam 7 mereka belum datang juga." kata Cinta dengan nada agak kesal.

"Mungkin mereka masih tidur kali, atau mungkin ada kerjaan." kata Fadlan mencoba menghibur Cinta.

"Ya udah, kalau gitu kita lari pagi aja duluan, mumpung masih pagi, nanti kalau nunggu mereka kelamaan." kata Cinta mengusulkan.

"Baiklah." jawab Fadlan setuju.
Akhirnya mereka berdua pun lari pagi bersama menyusuri jalan Sumbawa, Fadlan yang melihat Cinta begitu semangat lari pagi merasa sangat senang, dia pun mengejar langkah Cinta yang agak sedikit cepat darinya. Setelah cukup lama berlari mereka pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat di Taman Mangga sambil memesan minuman. Mereka pun duduk berdua di kursi Taman. Susan dan yang lainnya sebenarnya sengaja tidak datang supaya Fadlan dan Cinta bisa berdua saja, namun sayangnya Fadlan dan Cinta tidak mengetahui hal itu. Setelah melepas lelah sebentar, Cinta pun kembali berjalan santai di depan kantor Bupati, Fadlan mengikutinya dan berjalan disampingnya.

" Aneh ya, mereka semua tidak ada yang datang." kata Fadlan yang membuka pembicaraan ketika sedang berjalan.

"Mungkin mereka ketiduran."

"Ya ya, bisa jadi. Oh ya Cinta, kamu suka kebab kan, aku tadi sudah pesan kebab."

"Pagi-pagi gini emang udah ada yang buka?"

"Ada dong, justru mumpung masih pagi seperti ini, dianjurkan untuk bekerja, karna pagi-pagi seperti ini baik sekali untuk mencari rezeki."

Lalu datanglah seorang petugas gofood mengantarkan pesanan Fadlan. Fadlan pun langsung membayar pesanan itu.

"Wah... Kamu pesannya banyak banget." kata Cinta

"Nggak apa-apa, aku tahu kamu pasti lapar, Yuk kita duduk disana." ajak Fadlan yang menunju ke sebuah kursi dan meja yang memang biasa tersedia di depan sekolahnya, karna biasanya disana di gunakan oleh pedagang untuk meminta pembelinya menunggu pesanan. Mereka berdua pun langsung menyantap sarapan pagi mereka yang cukup banyak, karna ada kebab, roti bakar, nasi goreng, sate serta Boba.

"Kira-kira ini bisa habis gak ya?" tanya Cinta.

"Pasti bisa, kan ada kamu." jawab Fadlan sambil terkekeh.

"Kamu pikir aku bisa habisin makanan sebanyak ini, kamu pikir aku rakus?" kata Cinta cemberut.

"Maaf, aku cuma bercanda kok, kan ada aku yang bisa habisin."

"Yakin bisa? Ini nasi gorengnya aja udah banyak banget porsinya." tanya Cinta lagi.

"Kita makan aja dulu." jawab Fadlan, dan Cinta pun mengiyakannya. Mereka berdua pun terlihat asyik menyantap sarapan pagi mereka, Fadlan dalam hatinya begitu senang karna bisa sarapan pagi berdua dengan Cinta.

Ardi yang memandangi mereka dari dalam mobil, merasa panas melihat adegan itu, tangannya sudah dia kepalkan dan ingin sekali rasanya menghajar Fadlan, namun ketika dia hendak keluar, Serly langsung menghalanginya.

"Kamu jangan gegabah, kamu lupa kalau kamu itu sekarang jadi buronan, nanti kalau orang lain lihat kamu gimana? Pasti kamu akan dikejar." kata Serly yang menahan tangannya.

"Tapi aku nggak suka lihat mereka berdua, aku ingin menghentikan adegan ini." jawab Ardi.

"Kamu pikir cuma kamu aja yang panas melihat mereka berdua? Aku juga panas kali, dan aku juga benci melihat mereka bersama, tapi mau bagaimana lagi, kamu itu sekarang sedang dicari-cari oleh banyak orang, dan kalau kamu kesana itu sama aja dengan mengantar diri kamu ke penjara. Kamu mau tertangkap? Nggak kan!"

"Kurang aja sekali Fadlan, berani-beraninya dia mendekati Cinta, awas aja dia."

"Lah kok Fadlan yang kamu ancam sih, lagian Cinta tuh yang kegenitan mau dekat-dekat dengan Fadlan."

"Eh hati-hati ya kalau ngomong, Cinta itu gadis baik-baik dan dia tidak pernah kegatelan sama laki-laki, tidak seperti kamu. Lagian Fadlannya aja yang brengsek mau cari muka sama Cinta."

"Kamu juga hati-hati ya kalau ngomong, Fadlan itu laki-laki yang baik, bukan brengsek kayak kamu."

"Apaan sih, kok kamu nyolot banget."

"Kamunya yang duluan nyolot, Ardi. Udahlah sekarang lebih baik kita pergi aja dari sini, supaya kita tidak panas lagi."

Ardi pun menyetujui perkataan Serly, dia kemudian menancap gas lalu pergi meninggalkan Fadlan dan Cinta yang masih menikmati sarapan pagi mereka, tanpa mengetahui kalau ternyata ada orang yang diam-diam memperhatikan mereka dengan penuh kebencian. Setelah selesai sarapan pagi, Fadlan langsung mengajak Cinta balik karna hari telah mulai panas.
###

About Fadlan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang