~Lima Puluh Lima~

51 6 0
                                    

"Kalau aku terus bersama kalian, kalian bakal mati. Dan aku bukan bagian dari keluarga kalian lagi, bukan begitu?" Galaxy tersenyum kecut. Mereka semua menunduk dalam. Ada rasa kecewa, sedih, merasa bersalah dalam diri mereka. Zayn mengusap rambut Galaxy.

"Aku kesini karena terpaksa." Galaxy menatap Zayn. "Dan mulai saat ini. Aku mohon  lupakan aku. Jangan mencariku."

"Tap---"

BRAK.
"Ngagetin gue Lo, nyet," ucap Galaxy pada Rashad yang membuka pintu dengan tak santai.

"Sa. Kita cabut sekarang yuk," ajak Rashad seraya mengangguk.

"Kenapa?" Rashad menatap Galaxy. Galaxy yang ditatap seperti itu, ia mengangguk.

"Aku pergi sekarang. Kau jangan sakit lagi. Kau harus terbiasa tanpaku. Aku titip ratu ku. Dan aku akan selalu berada di dekatmu." Galaxy pergi kearah lemari Zayn.

"Aku pinjam jaket mu." Galaxy memakai jaket milik Zayn.

"Bubur itu buatanku sendiri, jadi tolong habiskan." Galaxy pergi kearah pintu dan membukanya saat akan menutup pintu Galaxy tersenyum. Lalu ia pergi. Zayn berlari menyusul Galaxy diikuti yang lainnya.

"Tunggu!!" ucap Zayn saat Galaxy dan keempatnya sudah berada di depan pintu utama. Mereka berbalik. Dan menatap dengan pandangan datar.

"Papah pengen peluk kamu," pinta Zayn.

"Sini." Zayn merentangkan kedua tangannya. Galaxy menghela nafas dalam, ia menunduk lalu berjalan menghampiri Zayn dan memeluknya erat.

"Papah harus bersikap adil pada semua anak papah. Anak papah bukan cuma aku. Papah harus menghargai mereka," bisik Galaxy. Zayn mengangguk. Qilla yang baru datang dengan seragam sekolahnya langsung ikut memeluk Galaxy.

Mereka melepaskan pelukannya saat El menyuruh Galaxy untuk cepat-cepat.

"Gue cabut! Semoga kalian bahagia tanpa manusia beban kaya gue!" ucap Galaxy dengan tersenyum tipis dan berjalan mundur. Galaxy memakai tudung jaketnya lalu berlari diikuti keempat sahabatnya.

Mereka semua mematung. Mereka mengingat kembali semua perlakuan dan ucapan mereka yang sangat menyakitkan. Mereka tidak bisa membayangkan menjadi Galaxy. Pasti ia sangat menderita sekali, dan pasti setiap malam ia selalu menangis. Mereka menatap kosong ke arah pintu.

Setelah tersadar Qilla, Rai pamit untuk ke sekolah. Cakra berpamitan untuk pergi ke kampus dan Raka berpamitan pergi ke kantor. Zayn dipapah untuk kembali ke kamarnya oleh Freya.

Zayn menatap bubur itu dengan tersenyum. Ia membayangkan bagaimana lucunya saat Galaxy memasak. Zayn menggeleng sambil terkekeh.

"Jari dia sampai teriris karena memotong daun bawangnya," ucap Freya seraya duduk ditepian tempat tidur. Zayn menatap Freya dengan tatapan sayu.

"Dia berbeda dari anak-anak kita yang lain. Dia selalu membuat tindakan yang sangat membahayakan dirinya. Maka dari itu aku lebih memperhatikan dia daripada anak-anak ku yang lain. Aku berharap kau mengerti dari ucapanku," ucap Zayn seraya menyuapkan bubur pada mulutnya.

Freya tersenyum, ia menyisir rambut Zayn yang berantakan menggunakan jarinya. "Aku mengerti."

"Sini. Biar aku yang menyuapi mu." Freya mengambil alih mangkok itu dan menyuapi Zayn.

"Aku menjadi serba salah. Saat aku terlalu fokus pada Galaxy. Cakra, Rai dan Raka marah padaku. Mereka bilang aku tidak sayang pada mereka dan hanya memperhatikan Galaxy saja," ujar Zayn dengan tampang melas.

Freya mengusap pundak Zayn. "Aku tahu perasaanmu. Mereka pasti berpikir nya kamu pilih kasih antara mereka."

"Kamu juga sering melakukan itu, tapi kenapa Galaxy tidak marah padamu? Sementara saat aku lebih memperhatikan Galaxy mereka marah padaku." Zayn terkekeh miris sambil menggeleng.

I'm Not FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang