~Lima Puluh Delapan~

41 7 0
                                    

Ada yang memanggil Galaxy dengan bersamaan. Mereka yang tertawa langsung berhenti dan menatap orang yang memanggil, begitupun Galaxy dan Ali. Galaxy melepaskan pitingannya lalu ia menatap datar mereka.

"Lo ngapain disini?" tanya Cakra.

Mereka berlima tertawa.
"Ini tempat umum, bro. Siapa aja boleh ke sini," ucap Rashad.

"Emm maksud gue----"

"Nyari topik emang susah, bang. Tapi setidaknya jangan yang bodoh," ujar Ridwan. Ali menginjak kaki Ridwan membuat Ridwan mengaduh.

"Ah. Maaf semuanya. Kayaknya Ridwan sama Ali mau ganti baju dulu. Ridwan udah sakit perut soalnya. Assalamualaikum." Ali menarik Ridwan yang sedang mengusap kakinya. Ridwan hampir jatuh kalau tidak ada Rashad yang menahannya.

"Anjir, Lo," ucap Ridwan pada Ali. Tapi Ali malah lari sambil menarik Ridwan.

"Gue se'ret banget. Gue mau beli es kelapa, kayaknya enak," ucap Rashad seraya mengelus lehernya sambil mengode pada El. El menepuk pundak Galaxy lalu pergi bersama Rashad.

Galaxy berjalan ke tepi pantai. Ia membenarkan kacamatanya. Ia memakai baju hitam polos dan celana pendek selutut warna hitam. Raka, Cakra, Zayn, Qilla, dan Rai berada di depan Galaxy.

"Sa. Kita ngabisin waktu bareng, yuk," pinta Zayn. Galaxy menatap Zayn, ia menghela nafas dan memalingkan wajahnya.

"Aku bukan bagian dari keluarga kalian lagi," balas Galaxy sambil tersenyum kecut.

"Bang Asa. Ayok." Qilla menarik-narik tangan Galaxy pelan. Galaxy menggeleng. Ia menunduk.

"Kita minta maaf," ucap Cakra. Galaxy mendongak menatap Raka, Cakra, dan Rai bergantian.

Galaxy mengangguk. "Gue udah maafin. Tapi gue capek, setiap kalian minta maaf, pasti nanti kalian lakuin lagi kesalahan kalian."

"Engga. Kita janji. Kita perbaiki semuanya," balas Raka menatap Galaxy dengan tulus.

Galaxy menatap Raka lalu tersenyum miring. Ia mengambil kertas bekas  disakunya, lalu ia merobek-robek kertas itu dan robekkannya ia berikan pada Raka, Cakra, dan Rai. Mereka bertiga menatap Galaxy penuh tanya.

"Coba kalian kembaliin  potongan-potongan kertas itu ke bentuk semula," titah Galaxy sambil bersedekap dada.

Mereka bertiga saling pandang. Mana mungkin potongan kertas-kertas ini bisa menyatu kembali tanpa ada bekas.

"Ga bisa lah," ucap Rai. Galaxy menjentikkan jarinya.

"Kertas itu ibaratnya adalah hati gue. Walaupun gue bisa maafin kalian terus tapi lukanya ga akan pernah bisa sembuh. Kaya kertas itu. Walaupun kertas itu bisa disatukan kembali, tetapi bekasnya tidak akan hilang," tutur Galaxy. Mereka mematung mendengar ucapan Galaxy.

"Gal. Please. Kali ini aja. Ayok. Kita full time," ucap Raka dengan memohon.

"Kalian pengen papah bareng kalian terus kan? Yaudah gue yang menjauh."

"Sa. Papah mau kali ini aja Sa."

"Mereka mau bareng papah. Asa memang butuh kasih sayang dan cinta dari figur orang tua. Dan Asa cuma dapetin itu dari papah," tutur Galaxy dengan mata yang berkaca-kaca.

"Yaudah, kalau gitu kamu tinggal bareng lagi sama papah," balas Zayn sambil memegang kedua pundak Galaxy. Galaxy menggeleng.

"Ga bisa. Mereka nanti bakal marahin papah lagi. Asa ga mau papah dimarahin sama anak papah sendiri," balas Galaxy dengan air mata yang meluruh.

"Rasanya sakit kan pah? Asa minta maaf..." lirih Galaxy. Zayn menggeleng kuat ia langsung memeluk Galaxy.

"Kamu kaya gitu karena ada alasannya, nak. Papah memang sakit hati. Tapi dilain sisi juga papah tau kondisi kamu," ucap Zayn sambil mengusap rambut Galaxy. Galaxy melepaskan pelukannya. Ia membuka kacamatanya dan mengusap air matanya lalu ia memakai kembali kacamata. Galaxy memalingkan wajahnya.

I'm Not FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang