⚠️YANG MAU PLAGIAT JAUH-JAUH AJE SONOH⚠️
⚠️BACA SELAGI ON GOING⚠️
.
.
.
"Nama aku aja yang jauh, kamu jangan."
- Antariksa.
"Kita udah terlanjur jauh, Aksa."
- Aldara.
Cerita ini sebagian kisah nyata 2 remaja yang tidak di restui orang tua nya yai...
Mentara bersinar, menyinari ruang rawat Tama yang terasa begitu muram. Dara memandangi sang mentari dengan mata yang sembab.
"Dara.." Suara lirih yang berat itu, mampu membuat Dara langsung mencari sumber suaranya.
Itu Tama, kakaknya.
"Bang Ata! Ih seneng banget Dara abang udah bangun! Dara nggak mimpi kan ini?"
Tama tertawa gemas melihat tingkah adiknya, tapi rasa sakit ditubuhnya menahan senyum lebar yang ingin ia berikan pada gadis kecilnya itu.
"Nggak, kamu nggak mimpi Dara."
"Abang baik-baik aja? Yang sakitnya parah banget mana?" Tanya Dara khawatir.
"Ra, kamu beda banget ya. Biasanya kamu jutek terus loh sama abang." Ucap Tama, terkekeh.
"Sebenernya, Dara kesel karena abang kerja terus. Dara jadi kesepian, tapi karena abang lagi sakit ya masa Dara jutekin. Lagian kenapa sih bisa gini? Abang kebut-kebutan ya? Makanya kalo nyetir mobil jangan ngebut, harusnya-"
Dara terus mengoceh panjang lebar membuat telinga Tama berdengung. Ingin dihentikan, tapi Dara sangat menggemaskan saat ini.
"Abang bengong? Nggak dengerin ucapan aku barusan?" Tanya Dara, sewot.
"Denger, sampe rasanya telinga abang mau pecah."
"Padahal aku gini karena khawatir, orangnya malah gitu." Dara berdecak pelan, kesannya seperti orang berbisik.
"Ra abang mau bubur ayam dong. Beliin boleh? Yang dari rumah sakit mah hambar." Rengek pria dewasa itu.
"Kata Ian dia mau bawa bubur kok kesini, jadi tunggu pacar ku kesini aja."
"Ciee yang udah punya pacar, mau dikenalin ke abang nih ceritanya?" Goda Tama, membuat Dara tersipu.
"Nggak! Sebenernya sih, mau langsung kawin lari aja." Tama sedikit terkejut dengan ucapan Dara, sedangkan Dara tertawa puas.
Sudah lama, sangat lama sampai rasanya se bahagia itu.
***
"Hati-hati Dylan, gue di bandung dulu buat beberapa hari kedepan." Ucap Yona, melambaikan tangan ke arah pria yang sudah menaiki motor kesayangannya itu.
"Lo jadi soft aneh banget dah, Yona?" Adylan masih tak terbiasa memanggil gadis itu dengan sebutan Yona walau teman-temannya yang lain akrab dengan nama itu.
"Lea mah emang soft atuh! Dylan nya aja yang mirip setan." Balas Yona, dengan logat bandungnya.
"Iya iya Lea mah gitu. Adylan mah gini," Lantas Adylan pun menjawab dengan logat Bandung yang sedikit-sedikit ia ingat.
"Apasih lo kaga jelas, bedak Janshen!" Teriak Yona, kembali pada sikap biasanya.
"Yang jelas cuman cinta ku padamu sayang!" Teriak Dylan yang kemudian langsung melajukan motornya dengan cepat.
"Hahaha, sweet banget. Tapi gue phobia sama yang begitu, alay anj***!" Yona menertawakan tentang dirinya dan Adylan. Ucapannya tidak serius kok, hanya bercanda.
Chat
Darararara : [yesterday, 18.00 p.m]
Na, bang Ata kecelakaan. Koma dia Na, takut banget gue. Dia gak bakal kenapa-kenapa kan? Na, gue bisa ancur kalo sampe dia gak ada.
Yona : [today, 06.25 a.m]
Hah? Eh Ra! Sumpah maaf gue baru buka hp! Dia bakalan baik-baik aja Ra. Gue otw sekarang ya! Tunggu gue!
"Gila lo Lea! Bisa-bisanya sahabat lo lagi terpuruk lo malah sibuk sama luka lama lo sendiri!" Batin Yona.
Yona bergegas pergi dengan mobilnya. Ini mobil yang ayahnya pernah kasih untuk Leo. Mobil yang terakhir Leo gunakan sebelum nyawanya terenggut.
"Lea trauma sama mobil ini bang, trauma sama diri Lea sendiri. Tapi kali ini, Lea bakalan ngadepin semua kenyataan yang ada. Sahabat Lea butuh Lea, Lea harus kesana. Lea tau rasanya kehilangan kakak tersayang, dan Lea nggak mau Dara ngerasain itu sendirian. Lea pasti bisa kan? Lea nggak akan gemeter lagi pas megang stir mobil ini kan? Doain Lea ya bang."
Yona mengambil napas dalam sebelum membuka pintu mobil berwarna hitam milik Leo. Dirinya mengucap bismillah, kemudian memasuki mobil itu dengan perasaan gelisah.
***
Ian sudah sampai di depan kamar rawat Kakaknya Dara. Pria itu mengirim pesan dulu sebelum masuk, setelah mendapat persetujuan dari Dara ia pun langsung membuka pintu.
Betapa terkejutnya Ian saat melihat Dara sedang tersenyum bahagia dengan kakaknya yang masih terbaring lemah namun tersenyum lebar juga ke arahnya. Dara.., mengapa ia tidak memberitahunya?
"Ra, ini abangmu.." Ian bingung mau berkata apa setengah tak percaya juga.
"Abang udah sadar Aksa, aku seneng banget." Balas Dara antusias.
"Serius? Alhamdulillah, bang kenalin saya Ian pacar Dara." Ucap Ian mengecup punggung tangan milik pria yang beberapa tahun lebih tua darinya.
"Ini Ian yang di rumah nenek bukan sih Ra? Eh tapi namanya Aksa. Kayaknya cuman mirip doang ya," Ujar Tama.
"Ini beneran Ian yang rumahnya di sebelah Nek Asri kok bang. Nama lengkap saya Antariksa Geviandra. Biasa dipanggil Ian, tapi Dara maunya panggil Aksa kalo saya sih gapapa aja asal Dara seneng." Jelas Ian, membuat pipi Dara semakin memerah.
"Oh, jadi ceritanya Aksa ini panggilan kesayangan dari kamu Ra?" Ledek Tama, sialnya Dara benar-benar malu saat ini.
Ian tertawa kecil. Gadis yang ia sukai itu tersenyum malu, terlihat bahwa dirinya sedang bahagia untuk saat ini. Senang, itulah yang Ian rasakan dalam hatinya. Lega juga, karena kakaknya sadar dalam waktu dekat.
"Seneng, Dara udah ada yang bisa bikin bahagia." Tama bergumam dalam hatinya.
"Eh iya bang, ini bubur ayam masakan ibu. Semoga suka ya bang, ada buat kamu juga Ra." Ucap Ian memberikan rantang tersebut pada Dara.
"Loh kamunya gimana Sa?" Tanya Dara.
"Nggak usah, lagian aku udah makan dirumah."
"Ini pasti satunya harusnya buat Ian kan? Makasih ya, maaf ga bisa nolak karena laper banget." Tama tersenyum konyol.
"Ahaha iya bang, gapapa." Khayalan Ian, mereka akan sarapan bersama pagi ini. Nyatanya ia harus makan di kantin rumah sakit. HAHAHA.
tbc.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa follow tiktoknya : cumicumipurple
segitu dulu buat part ini!! see you on the next part!! vote komen nya ditunggu (◠‿◕)