24

336 13 1
                                    

"Gitu, ceritanya." Ucap Yona, setelah usai menceritakan kisahnya dengan Leo.

"Kamu mau soto ayam?" Tanya Adylan, membuat gadis itu menoleh lantas tersenyum tipis.

"Aku udah nggak makan soto ayam sejak kejadian itu, Dylan." Jawabnya menunduk dalam.

"Sama aku mau? Kita ke Bandung kalo emang kamu mau soto ayam itu." Jelas Adylan, lagi-lagi Yona hanya tersenyum tipis.

"Sebenernya niat lo apa sih? Mau buat gue keinget semua hal tentang bang Leo lagi? Mau jadi bang Leo dalam hidup gue? Atau gimana?"

"Kamu pikir bisa terus lari dari bayang-bayang Leo? Stop lakuin hal bodoh Lea, dan terima kenyataannya." Yona tertawa mendengar perkataan Adylan, membuat hati pria itu tersayat begitu dalam.

"Gue capek Lan, lo ga tau selama satu tahun lebih gue harus mendem semua itu sendirian. Gue harus ketawa, senyum dan nasehatin temen-temen gue yang punya masalah sedangkan gue sendiri nggak bisa selesain masalah gue. Kalo nggak lari, mungkin sekarang gue udah mati." Jelas Yona.

"Itu dulu, gunanya aku disini buat kamu."

"Lo? Kalo gue sama lo, rasanya mustahil. Kita nggak akan bisa buat nyatu, dan berakhir dengan perpisahan lagi. Akhirnya, hati gue sakit lagi." Gadis itu menatap sendu pada Dylan.

"Tuhan saja bisa menciptakan aku dan kamu, lantas mengapa dia tidak bisa menyatukan kita?"

"Tuhan kita beda, Dylan."

***

"Ian harus segera kita singkirkan, dia tetap mengeyel dan mendekati Dara."

Samar-samar, Dara mendengar suara papanya dari balik pintu kamar rawat Tama. Dirinya tersentak kaget, Ian bilang semua baik-baik saja lantas mana yang benar?

"Kita hancurin keluarga itu? Tapi kayaknya berlebihan Pa, mereka juga dulu sering bantu Ibu." Ucap Mama Dara, mengingat kebaikan keluarga Ian kepada Ibunya. —Nek Asri—

"Kita udah beda sama mereka Ma, Dara bisa kita jodohkan dengan orang yang lebih pantas bersamanya. Ian tidak bisa bersanding dengan Dara, jangan karena mereka pernah berbuat baik pada kita Mama jadi tidak memikirkan masa depan Dara." Jelas Papa Dara, sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Tapi Pa-" Wanita paruh baya itu, berusaha menghentikan suaminya. Sebelum kalimat lain keluar dari mulut istrinya, Papa Dara sudah lebih dulu keluar dari ruangan itu.

Betapa terkejutnya, pria itu melihat anak perempuan satu-satunya sedang menangis dan menatap ke arah dirinya dengan tatapan kecewa.

"Papa jahat." Gadis itu berlari pergi, entah kemana tapi hanya dibiarkan saja oleh Papanya. Menurut pria itu, mungkin Dara masih butuh waktu.

Dara berlari ke arah parkiran rumah sakit. Terlihat Ian masih berada disana, berusaha mengeluarkan motornya karena parkiran yang lumayan penuh siang itu.

Hujan sudah reda, suasana kembali seperti semula. Dara memeluk tubuh pria itu dari belakang, Ian terkejut. Tapi pria itu tahu, bahwa yang memeluknya saat ini adalah Dara.

Perlahan, jaket yang ia pakai itu basah. Ian langsung membalikkan badannya, benar saja gadis itu sedang menangis saat ini.

"Hey, kenapa?" Tanya Ian, menghapus air mata yang membanjiri wajah Dara.

"Kamu bohong. Papa nggak setuju sama hubungan kita kan? Kenapa kamu bohong, aksa?!!" Teriak Dara, memukul dada bidang milik Ian.

"Tenang, Ra. Tenang dulu, kita bicarain baik-baik ya? Kamu mau kemana sekarang? Kita cari tempat yang enak untuk ngobrol ya? Don't crying, please."

Dara mengangguk lemah. Dirinya kemudian mengikuti Ian yang sudah menaiki motor miliknya.

***

Yohan sedang berada di minimarket, ia menemani Kemuning —bunda Adylan— untuk berbelanja. Percayalah, terkadang Kemuning lebih merasa Yohan adalah anaknya ketimbang Dylan.

Walau biasanya Adylan yang menemaninya berbelanja, tapi Adylan tidak bisa diam seperti Yohan. Mulutnya akan terus mengomel, jika tidak ya memakan jajanan yang ada disana sebelum di bayar.

"Kamu nggak mau beli apa-apa Yohan?" Tanya Kemuning, sebelum membayar belanjaannya.

"Nggak deh bun," Jawab Yohan disertai gelengan kecil.

Bruk!

Seseorang menabrak Yohan dari belakang, dengan malu gadis itu mengambil pembalutnya yang terjatuh karena ceroboh.

"Malu banget gue."  batinnya.

"Hati-hati." Ucap Yohan melirik sekilas.

"K-kak Yohan?" Alma mendongak, kedua pipinya memerah akibat rasa malu yang saat ini menguasai dirinya.

Alma langsung berlari cepat, tidak disangka gadis itu menabrak pintu keluar yang mengakibatkan kepalanya terasa seperti melayang. Tidak lama setelah itu, ia terpingsan.

"Astaga!" Bunda berteriak, mendekat ke arah Alma. "Yohan! Bantu dia sini, kasihan sekali."

Yohan mengangkat tubuh gadis itu menuju mobilnya. Sementara Kemuning, dengan cepat membayar total semua belanjaannya.

Setelah semua terbayar, ia meminta petugas minimarket untuk membawakan belanjaannya ke mobil. Usai sudah kegiatan tersebut, sekarang mereka menuju rumah.

Kemuning terlihat begitu khawatir melihat Alma. Kepalanya benjol, dirinya juga belum tersadar. Dengan pembalut yang masih ia pegang, pembalutnya sudah bunda bayar tadi.

"Bi! Siapkan air dingin untuk mengompres!" Teriak Kemuning, diangguki oleh Bi Siti. —Asisten rumah tangganya—

"Loh bun, abis kemana?" Tanya Adylan, pria itu bersama seorang gadis sekarang. Yona tentu saja, siapa lagi?

"Alma!" Teriak Yona, mendekati Alma yang terbaring di atas sofa ruang tamu Adylan.

"Ini siapa Dylan? Kamu nggak pernah loh bawa pacar sampe ke rumah gini." Ucap Kemuning, menatap Yona lembut.

Bi Siti memberikan wadah berisi air dingin untuk mengompres benjolan di kepala Alma. Yona masih terlihat panik, tidak begitu mendengar apa yang barusan Kemuning katakan.

"Bukan pacar bun, dia tadi kehujanan ya Dylan suruh ke rumah aja minjem hoodie Dylan, daripada nanti sakit." Jawabnya.

Kemuning mulai mengompres benjolan di kepala Alma. "Namamu siapa cantik?" Tanya Kemuning, melihat Yona dengan tatapan ramah.

"Yon- Lea tante." Yona tersenyum lebar.

Kemuning menatap ke arah Yohan, pria itu mengangguk. Kemuning tersenyum, kembali fokus pada kegiatannya. —mengompres— Setelah selesai, wanita itu menatap ke arah 2 pria yang masih setia berada di sampingnya.

"Yohan, Dylan, kalian jaga Alma dulu ya bunda mau bicara berdua dengan Lea."

"Loh bun?" Adylan bingung.

tbc.

mampir ke sc yukk!! link sc di bioo, tulis apapun yang kalian mau </3

okay, see you on the next part!! 🐙💗

ANTARIKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang